Singkatan dan Akronim

Diposting pada

Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Singkatan dan Akronim? Mungkin anda pernah mendengar kata Singkatan dan Akronim? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, jenis, perbedaan, permasalahan dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.

Singkatan dan Akronim: Pengertian, Perbedaan dan Contohnya

Pengertian Singkatan

Singkatan ialah motif menyingkat kata atau kalimat yang bersifat perpaduan kata.


Jenis Singkatan

Berikut ini terdapat beberapa jenis singkatan, yakni sebagai berikut

  • Berdasarkan Secara Umum

Berdasarkan umum, berikut ini terdapat beberapa contoh jenis ini antara lain:

  • dkk. [dan kawan-kawan]
  • Yth. [yang terhormat]
  • s.d. [sampai dengan]
  • no. [nomor]
  • PT. [perseroan terbatas]
  • CV. [curriculum vitae]

  • Berdasarkan Nama, Gelar, Jabatan dan Pangkat

Berdasarkan nama, gelar, jabatan dan pangkat, berikut ini terdapat beberapa contoh jenis ini antara lain:

  1. A.H. Nasution [Abdul Haris Nasution]
  2. H. Agus Salim [Haji Agus Salim
  3. S.Kom [Sarjana Komputer]
  4. M.Kom [Master Komputer]
  5. Ir. [Insiyur]
  6. Jend [Jenderal]
  7. Kapt [Kapten]

  • Berdasarkan Nama Resmi Badan Pemerintah

Berdasarkan nama resmi badan pemerintah, berikut ini terdapat beberapa contoh jenis ini antara lain:

  • MK [Mahkamah Konstitusi]
  • MA [Mahkamah Agung]
  • AURI [Angkatan Udara Republik Indonesia]

  • Berdasarkan Lambang Kimia

Berdasarkan lambang kimia, berikuti ini terdapat beberapa contoh jenis ini antara lain:

  1. K [Kalium]
  2. Ca [Kalsium]
  3. Ni [Nikel]
  4. O [Oksigen]
  5. Ti [Titanium]

Pengertian Akronim

Akronim ialah perpaduan huruf awal dan suku kata lain dari baris kata yang dibutuhkan menjadi kata.


Jenis Akronim

Berikut ini terdapat beberapa jenis akronim, yakni sebagai berikut:

1. Berdasarkan nama diri dari perpaduan huruf awal

  • AURI [Angkatan Udara Republik Indonesia]
  • TKR [Tentara Keamanan Rakyat]
  • NIK [Nomor Induk Keluarga]

2. Berdasarkan nama diri dari perpaduan suku kata

  1. Sulteng [Sulawesi Tengah]
  2. Bappeda [Badan Perencanaan Pembangunan Daerah]
  3. Garwani [Gerakan Wanita Indonesia]

3. Berdasarkan bukan nama diri dari perpaduan huruf awal dan suku kata

  • pemilu [pemilihan umum]

Perbedaan Singkatan dan Akronim

Berikut ini terdapat 2 perbedaan dari singkatan dan akronim, yakni sebagai berikut:

  1. Pencatatan singkatan disertai dengan titik tanpa terdapat cetak kapital dan lambang kimia, sementara akronim tidak disertai titik.
  2. Akronim ialah perpaduan huruf kata yang diucapkan pantasnya kata pada biasanya, sementara singkatan diucapkan huruf demi huruf.

Permasalahan Singkatan dan Akronim dalam Bahasa

Singakatan dan akronim sering kita gunakan dalam berkomunikasi hal ini dipengaruhi oleh pola pikir yang semakin maju dan adanya bahasa gaul, bahasa yang digunakan pada sinetro n di TV, dan bahasa SMS. Namun bahasa sekarang telah dirusak oleh adanya sinetron. Hal ini akan kita bahas pada paper ini. Sebelum kita berajak kepermasalahan-permasalahan tersebutmarikita bahas sedikit mengenai akronim yang sering digunakan dan dibuat oleh masyarakat. Penggunaan akronim memang sah-sah saja digunakan dalam sebuah tulisan, asalkan pembaca bisa memahami arti dari akronim tersebut, karenanya banyak orang  menyarankan agar akronim tidak diletakkan pada judul kecuali untuk akronim yang memang sering digunakan.

Baca Lainnya :  Pengertian Indeks Harga

Selama masa kampanye sering kali Akronim seakan menjadi trademark yang  memudahkan masyarakat mengenal pasangan calon pemimpin mereka. Contoh: pasangan Hade dalam Pilgub Jawa Barat beberapa waktu lalu. Satu yang menarik dari  penggunaan akronim ini adalah penggunaan akronim yang berarti baik atau bagus.  Mungkin semua itu terkait sukses Hade yang berarti baik atau bagus dalam bahasa Sunda seakan menjadi akronim yang paling banyak dipakai para pasangan calon. Begitu juga dengan Polemik soal iklan Pemilu satu putaran terus bergulir. Eskalasi polemik makin menguat menyusul diungkitnya iklan-iklan itu oleh Jusuf Kalla dalam seri terakhir Debat. Tak hanya itu, polemik akhirnya berujung pada munculnya kembali istilah lama yang dulu pernah beraura mengerikan: GESTAPU!


Akronim Gestapu dengan mudah membangkitkan ingatan kolektif masyarakat tentang peristiwa 1965. Dan, dalam struktur kolektif bangsa Indonesia, segala hal yang  tersangkut dengan komunisme, PKI dan 1965 masih menyisakan problem yang belum tuntas, stigma yang mengerikan, dan kadang fobia yang menakutkan, juga berlebihan. 15. NB: Istilah G30S/PKI atau kadang disingkat Gestapu sendiri sebenarnya keliru karena penculikan dan pembunuhan para jenderal itu terjadi pada dini hari, sehinga tanggal sudah berganti menjadi 1 Oktober 1965. Itu sebabnya Soekarno keukeuh menggunakan istilah Gestok, bukan Gestapu. Orde Baru yang ³mengabsahkan´ akronim Gestapu.


1. Bahasa Nasional Indonesia Dirusak Sinetron

Bahasa yang diucapkan oleh artis-artis sinetron dilayar kaca merusak bahasa nasional Indonesia. Sebab banyak kata yang diucapkan bercampur dengan bahasa asing terutama Inggris.  Hal itu diungkapkan dua mahasiswa Univeristas Gadjah Mada (UGM), Dhinar Arga  Dumadi dan Analisa Widyaningrum kepada wartawan di kampus UGM Bulaksumur Yogyakarta, Jumat (12/12/2008). Dua mahasiswa jurusan Sastra Perancis angkatan 2008 dan Psikologi angkatan 2007 berhasil meraih juara pertama sebagai Duta Bahasa Indonesia tingkas Nasional 2008  yang diikuti wakil generasi muda berusia antara 18-25 tahun itu.

“Salah satu contohnya adalah bahasa yang diucapkan oleh artis Cinta Laura,” kata

Widyaningrum

Menurut Widya, gaya dan ucapan berbahasa Cinta Laura itu sudah salah. Namun justru banyak masyarakat yang senang dan kemudian menirukannya. Selain bahasa yang campur-campur, ada banyak ungkapan bahasa atau cara tutur kata yang seharusnya tidak  ditayangkan dalam acara tersebut. “Ucapan yang patah-patah dan sengau itu justru banyak orang yang senang kemudian  meniru, tapi itu salah dan dapat merusak bahasa kita,” ungkap Widya. Widya dan Dhinar berhasil mengalahkan 25 peserta lain yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam lomba yang digelar 20-27 Oktober itu, keduanya harus melalui berbagai tahapan ujian seperti kemampuan bahasa Indonesia, bahasa asing dan  daerah. Mereka juga harus membuatan makalah serta penyajiannya di hadapan dewan juri dari Pusat Bahasa. Widya menyampaikan makalah judul, ‘Bahasa Sinetron Sebagai Pemicu Rusaknya Jati Diri Bangsa.’ Dalam makalahnya itu mereka menyoroti dampak dari penggunaan bahasa  Indonesia terhadap perilaku/kesopanan dan psikologis bagi masyarakat dan anak pada khususnya.

“Bahasa sinetron kita banyak yang salah digunakan pada tempatnya. Akibatnya

masyarakat banyak yang meniru dengan berbagai motif seperti sekedar gaya atau

kepingin dikatakan modern,” katanya.

Selain itu, ungkapan-ungkapan bahasa dalam sinetron itu banyak pula yang dipraktekkan  di masyarakat. Padahal banyak ungkapan-ungkapan bahasa yang cendrung kasar dalam tayangan itu. Efek yang paling parah banyak anak kecil yang menirukannya setelah melihat tayangan itu.

Baca Lainnya :  Disertasi adalah

“Hal ini secara psikologis menyebabkan efek negatif bagi anak karena bahasanya yang kasar dan tidak sopan,” imbuh Dhinar.


2. Bahasa sinetron

Dalam berkomunikasi melalui media bahasa, verbal maupun non verbal. Terkadang kita terjebak pada pemahaman tentang membahasakan gerak kita, kalimat selau disamakan dengan bahasa, bibir dan lidah dijadikan symbol penguatan terhadap pengungkapan satu maksud. Perlu  dipertanyakan ³bagaimana kabarnya kata hati?´ terkadang hal-hal yang tidak diungkapkan  dengan lidah merupakan suatu kejujuran dari kejujuran itu sendiri. Dalam satu kutipan puisi dituliskan; Lidah ini terlalu sering menzalaimi hati, Ampuni kami Tuhan, kami lupa, Bermimpipun kami memerlukan Bahasa´. Mengenai bahasa, ada satu peristiwa yang terekam saat penulis mendengar seorang berbicara kepada dosen,  tiba-tiba di tengah perbincangan terdengar satu kalimat yang sebenarnya sangat populer tetapi ganjil juga didengar “so what gitu lho, Pak”.


Pergeseran-pergeseran dari segi berbahasa ini, sesungguhnya mampu menjadi motor penggerak  perubahan, baik pada sikap prilaku dalam pergaulan sehari-hari, menjadi identitas seseorang (Anak Gaul, Funky, Supel, dll), karena bahasa adalah salah satu dari komponen perubahan. Jika diteliti lebih mendalam, kaitannya dengan pengkombinasian bahasa ini, banyak ide-ide  kreatif yang mampu dimunculkan. Seperti lahirnya Kamus Gaul ala Debby sahartian. Yang beberapa tahun belakangan ini begitu populer kita dengar. Hal ini diyakini tidak semata-mata lahir dari ruang kosong belaka. Seorang Debby telah mampu membentuknya tidak sekadar menjadi bahasa yang layak praktik, namun bahasa gaul sendiri telah mampu memberikan suatu identitas bagi komunitas yang kita sebuat sebagi ‘komunitas gaul´.


Merambah, membentuk  suatu tatanan kelas sendiri. Bahkan dikota-kota besar pada umumnya seperti jakarta bahasa gaul telah menjadi bahasa wajib bagi mereka yang menyebut dirinya ‘Anggota Komunitas gaul´  Dalam karyanya Humain Trop Humain, Nietzsche mengatakan ’bahasa menjadi penting dalam  perkembangan peradaban, karena manusia menemukan di dalamnya dunia bagi dirinya,suatu tempat yang dianggapnya cukup kokoh untuk dijadikan tumpuan manakala ia membebaskan unsur-unsur duniawi lainnya dari kungkungan dan menguasainya. Maka, kesimpulannya setiap orang berhak untuk mengkreasikan bahasa menjadi sepopuler mungkin. Tanpa harus selalu latah meniru bahasa populer sinetron atau bahasa gaul ala Debby. Karena perbendaharaan bahasa daerah kitapun kaya untuk di kombinasikan menjadi bahasa slank  yang nyaman untuk di ekspresikan dalam pergaulan sehari-hari. Sehingga kita tidak selalu kehilangan identitas personal dalam laju kemajuan teknologi dan peradaban global.


3. Bahasa SMS

Apakah Short Message Service atau yang biasa disingkat dan dilafalkan SMS merupakan sebuah  pesan singkat atau sebuah pesan yang ditulis dengan singkatan-singkatan? Selanjutnya apakah ‘bahasa’ SMS yang demikian itu: penuh singkatan-singkatan, kaya simbol, selipan bahasa asing  (Inggris) dan ketidaklengkapan tanda baca dapat merusak bahasa Indonesia yang baik dan benar?

Untuk menjawab pertanyaan ini cerpenis dan novelis Naning Pranoto

dalam bukunya yang berjudul Creative Writing, jurus-jurus menulis kreatif dan efektif. Bahwa bahasa SMS adalah sebuah model penulisan dengan materi yang aneh, yang hanya ditangkap dan dimengerti oleh ‘kalangan sendiri’, yakni antara mereka (mungkin saya dan anda) yang mengerti singkatan-singkatan, simbol-simbol tersebut.

Saya memberi satu contoh bahasa SMS yang malam tadi masuk kehandphone saya:

“ u ge pa? Dah bo2 lumz”

(kamu lagi apa? Sudah bobo belum)

Kekayaan simbol, bentuk penulisan yang menggunakan banyak singkatan justru menunjukkan sebuah keunikan dan kekhasan bahasa SMS dan bagi saya sama sekali tidak bertentangan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Toh…pesan yang mau disampaikan jelas terbaca, kendatipun untuk mencerna agak sulit dan butuh waktu. Kendati demikian, jawaban tersebut masih mentah buat seorang murid yang masih mau belajar. Dan bagi saya merupakan sebuah tantangan untuk memperlajarinya lebih lanjut. Dan saya berpikir para pembaca punya pandangan dan gagasan yang ‘jitu’ untuk menjawab dua pertanyaan ini?

Baca Lainnya :  Pengertian Kritik Seni

Di kalangan remaja, pemakaian campuran kata bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia  sering ditemukan. Masalah menjadi bertambah ketika penulisan kata bahasa Inggris yang belum  secara resmi dibahasaindonesiakan ditulis dengan ejaannya pada lafal bahasa Indonesia. Remaja  melakukan ragam dalam penulisan tersebut sebab memiliki beberapa dorongan seperti agar dikatakan memiliki kreatifitas, gaul, dan berpengetahuan luas. Para remaja juga sering mengombinasikan huruf abjad dengan angka. Hal ini jelas dapat menimbulkan kesulitan pada  penerima pesan. Sebagi contoh berikut ini:

“5af ganggu, u ge d mana?????????”( maaf ganggu, kamu lagi di mana?)

“ Q ge OTW k HumZ”(Aku lage on the way ke Home)

“ yasud TT DJ yach, C U”(ya sudah hati-hati di jalan ya)

Contoh  bahasa sms di atas sangat membingungkan jika yang membaca tidak paham arti dari penyimbolan, singkatan-singkatan pada sms”

Contoh dari akronim dan singkatan lainnya:

MBA               : Merrid By Accident

NOKIA           : Nikah Ogah Kawin Ia

TTDJ               : Hati-hati di jalan

RCTI               : Rasa Cinta Tapi Isin

Salah satu dari singkatan tersebut ada yang salah dalam pembuatannya seperti pada NOKIA dan TTDJ serta RCTI karena dalam penyingkatannya tidak sesuai dengan kaidah, sedang pada RCTI adanya sisipan bahasa asing.

Dan masih banyak lagi akroim dan singkatan dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya terpengaruh oleh bahasa gaul orang zaman sekarang.


Contoh Singkatan

Berikut ini adalah contoh dari singkatan yaitu:
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Contoh:
Reddy H. → Reddy Hartadji
Drs. Suwito → Doktorandus Suwito


Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan titik.

Contoh:
BTN → Bank Tabungan Negara
PPN → Pajak Pertambahan Nilai


Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

Contoh:
hlm.25 → halaman 25
dll. → dan lain-lain


Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh:

             Rp800 miliar → (delapan ratus miliar) rupiah
kg → kilogram

Contoh Akronim

Berikut ini adalah beberapa contoh akronim yaitu:

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Contoh:
SIM → Surat Izin Mengemudi
IKIP → Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Contoh:
Akabri → Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Kowani → Konggres Wanita Indonesia


Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau pun gabungan huruf dan suku kata atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Contoh:
rusuna → rumah susun sederhana
humas → hubungan masyarakat


Demikian Penjelasan Materi Tentang Singkatan dan Akronim: Pengertian, Jenis, Perbedaan, Permasalahan dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.