Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang VOC? Apakah kalian pernah mendengar istrilah dari VOC? Jangan khawatir jika kalian belum pernah mendengarnya, disini PakDosen akan membahas secara rinci tentang pengertian, sejarah, latar belakang, tujuan, hak, faktor, politik, daftar, kebijakan dan pengaruh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian VOC
VOC adalah kepanjangan dari Vereenidge Oostindische Compagnie yang berarti “Persekutuan Perusahaan Hindia Timur”. Kenapa diberi nama Hindia Timur, alasannya yaitu pada kala itu juga ada komplotan dagang Hindia Barat yang namanya yaitu Geoctroyeerde Westindische Compagnie. Nah, secara sederhana, VOC ini yaitu suatu kongsi dagang adal Belanda yang pada ketika itu merupakan kongsi dagang yang menguasai dan memonopoli perdagangan di Asia. Di Indonesia sendiri, alasannya yaitu kaya akan rempah-rempah di wilayah timur, maka VOC melancarkan taktik dagang dengan memonopoli segala barang dagangan rempah-rempah di wilayah Timur Indonesia.
Sejarah Berdirinya VOC
Pembentukan awal VOC dimulai dengan kedatangan orang Eropa melalui Jalur Laut Vasco da Gama pada tahun 1497-1498 yang berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika yang membuat tidak adanya persaingan dengan pedagang Timur Tengah. untuk mendapatkan akses ke Asia Timur, yang pada awalnya diupayakan pada jalur darat yang sangat berbahaya. Tujuan asli orang Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke nusantara adalah berdagang, seperti yang terjadi pada bangsa Belanda. Misi dagang tersebut diikuti oleh kebijakan penjajahan Belanda dengan kerajaan Jawa, Sumatera dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curacao, tujuan Belanda sejak awal adalah penjajahan (settlement). Dari perdagangan menuju penjajahan bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berasal.
Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan menggunakan lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi Belanda, kota Antwerp memimpin distributor di Eropa Utara, namun setelah tahun 1591, orang Portugis bekerja dengan perusahaan di Jerman, Spanyol dan Italia sebagai hamburger utama dalam mendistribusikan barang dari Asia,. Tapi perdagangan Portugis tidak bisa memenuhi permintaan, terutama lada. Dari pasokan yang tidak lancar membuat harga merica meroket saat itu. dan pada saat yang sama Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol bertempur dengan Belanda pada tahun 1580 yang menimbulkan kekhawatiran Belanda. Dari tiga faktor yang mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah internasional di mana Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan jalan rahasia pelayaran Portugis dan pada waktu itu juga pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa 1595-1597.
Pada 1596, empat ekspedisi kapal dipimpin oleh Cornelis de Houtman menuju Indonesia dan sebagai hubungan pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi tersebut sampai di Banten, namun terlibat dalam perselisihan dengan Portugis dan penduduk setempat, kemudian berlayar ke timur melalui pantai utara Jawa, yang diserang oleh pemuda setempat di sedayu mengakibatkan hilangnya 12 awak kapal, dan terlibat dalam permusuhan dengan Penduduk setempat di Madura menyebabkan seorang pemimpin setempat terbunuh. Setelah kehilangan separuh kru, tahun berikutnya memutuskan untuk kembali ke Belanda dengan rempah-rempah yang cukup untuk mendapatkan keuntungan.
Pada tanggal 31 Desember 1600, Inggris mendirikan sebuah perusahaan perdagangan Asia bernama The British East India Company yang berbasis di Calcutta. Belanda mengikuti tahun 1602 dengan orang Prancis yang mendirikan French East India Company pada tahun 1604. Pada tanggal 20 Maret 1602, pedagang Belanda mengantar VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) atau asosiasi perdagangan India timur. Pada saat itu ada persaingan yang kuat antara negara-negara Eropa seperti Portugis, Spanyol Inggris, Perancis, dan Belanda. untuk melawan kekuatan perdagangan di Asia Timur. Mengenai hal ini, VOC diberi wewenang oleh Belanda dalam menghadapi masalah oleh Jenderal Staaten di Belanda di mana wewenang untuk memiliki biaya sendiri dan membuat kesepakatan negara dan mengumumkan perang di sebuah negara. Kewenangan semacam itu membuat VOC bertindak sebagai negara.
VOC kemudian mendirikan kantor pusat di Batavia (Jakarta) di Jawa dan juga pos-pos penjangkauan kolonial di Maluku (pulau rempah-rempah termasuk kepulauan Banda dimana VOC memonopoli pala dan pala yang dipelihara dengan metode kekerasan terhadap penduduk lokal, pemerasan dan pembunuhan massal. Pos perdagangan yang lebih tenang terletak di Deshima, sebuah pulau buatan di lepas pantai Nagasaki dimana orang-orang Eropa berdagang dengan Jepang. Pada tahun 1603, VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan pada tahun 1610 Pieter Keduanya diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun dia memilih Jayakarta sebagai pemerintahan VOC. Sedangkan Frederik de Houtman sebagai Gubernur VOC di Ambon (1605-1611) dan setelah itu ia menjadi Gubernur Maluku (1621-1623).
Latar Belakang Pembentukan VOC
Pembentukan VOC di Indonesia oleh Belanda ini tentu saja mempunyai dasar atau impian untuk memonopoli Indonesia di bidang perdagangan. Dan ternyata, bukan saja Belanda yang mempunyai impian untuk menguasai perdagangan Indonesia, Inggris pun juga mempunyai niat yang sama. Bahkan, Inggris sanggup dikatakan melangkah lebih dulu daripada VOC dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk daerah Asia di tahun 1600 yang kala itu diberi nama EIC (East India Company). Keberadaan EIC ini menciptakan Belanda khawatir juga atas dominasi perdagangan di Indonesia. Sehingga, persaingan yang ada di antara para pedagang Belanda sendiri kemudian beralih menjadi persatuan dan kesepakatan untuk menciptakan sebuah komplotan guna menghadang gerak langkah dari EIC.
Salah satu cara yang sanggup dilakukan oleh para pedagang Belanda untuk membendung EIC ini tidak ada cara lain kecuali dengan mempersatukan para pedagang Belanda dalam suatu wadah atau perserikatan dagang. Kemudian, salah seorang anggota dewan legislatif dari Belanda yang berjulukan Johan van Oldebanevelt mengajukan ajakan mengenai penggabungan pedagang – pedagang Belanda menjadi serikat dagang. Kemudian pada tanggal 20 Maret 1602 atas prakarsa dari Pangeran Maurits dan Olden Barneveld didirikanlah sebuah perkumpulan kongsi perdagangan yang berjulukan Verenigde Oost-Indische Compagnie – VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Untuk menjalankan VOC ini, ada pengurus sentra yang terdiri dari 17 orang. VOC kemudian membuka kantor pertamanya di Indonesia tepatnya di Banten yang dikepalai oleh Francois Wittert pada tahun 1602.
Tujuan Dibentuknya VOC Di Indonesia
Dalam pembentukannya, VOC di Indonesia sendiri mempunyai beberapa tujuan yang spesifik. Sehingga bergotong-royong mereka mempunyai road map yang terang ketika dibentuk, bukan asal dan tanpa tujuan yang jelas. Karena pada masa itu, bergotong-royong ada banyak pedagang Belanda yang juga tengah menjalankan dagang dan bisnisnya di Indonesia. Lalu tujuan menyerupai apa yang mendasari pembentukan VOC di Indonesia ini, di bawah ini yaitu tujuan utama dari pembentukan VOC di Indonesia, antara lain:
- Menghindari persaingan dagang tidak sehat diantara sesama pedang Belanda sehinggan keuntungan maksimal sanggup diperoleh.
- Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya.
- Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.
Dari tujuan di atas tentu sanggup kita pahami bahwa VOC cukup mempunyai taktik jangka panjang yang bukan saja untuk menguasai Indonesia. Namun lebih dari itu, pembentukan VOC juga dalam rangkan menguatkan posisi mereka di hadapan bangsa Eropa lainnya. Selain itu juga untuk memenangkan persaingan perdagangan di Eropa dengan menguatkan posisi diri (Belanda).
Hak Istimewa VOC
Berikut ini terdapat beberapa hak istimewa VOC, yakni sebagai berikut:
- Hak memonopoli perdagangan.
- Hak membentuk angkatan perang sendiri.
- Hak melakukan oeoerangan.
- Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat.
- Hak untuk mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri.
- Hak untuk mengangkat pegawai sneidir.
- Hak untuk memerintah di negara jajahan.
Faktor Penyebab Runtuhnya VOC
Berikut ini terdapat beberapa faktor penyebab runtuhnya VOC, yakni sebagai berikut:
- Banyak pegawai VOC yang korupsi.
- VOC terjerat banyak hutang.
- Pengeluaran VOC yang semakin besar akibat melukakan perang.
- Adanya persaingan yang ketat dari pedagang Eropa.
- Penggunaan tentara sewaan yang membebani kas VOC.
- Adanya perang yang terus menerus oleh VOC sehingga memakan biaya yang cukup besar terutama ketika perang melawan Diponegoro.
- Pembagian deviden (laba dari kegiatan perdagangan) kepada pemilik saham walaupun kas VOC mengalami defisit.
Politik Ekonomi yang Dijalankan VOC
Berikut ini terdapat beberapa politik ekonomi yang dijalankan oleh VOC, yakni sebagai berikut:
-
Verplichhte Leverantie
Verplichhte Leverantie merupakan memaksa pribumi untuk menjual hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang rakyat untuk menjual hasil bumi kepada pedagang lain selain VOC. Hasil bumi tersebut diantaranya lada, kapas, kayu manis, gula, beras, nila serta binatang ternak.
-
Contingenten
Contingenten merupakan kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
-
Ektripasi
Ektripasi merupakan hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga merosot.
-
Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi merupakan bertujuan untuk mengawasi pelaksanaan perdagangan yang dilakukan oleh VOC. Pelayaran ini dilakukan untuk menghindari adanya penyelundupan dan perdagangan pasar gelap yang menyalahi aturan VOC. Tindakan yang dilakukan oleh VOC untuk yang melanggar peraturan atau ketentuan yang sudah disepakati VOC adalah penyitaan barang dagangan, dijebloskan ke penjara, dijual sebagai budak di pasar budak bahkan sampai pada yang terberat yaitu dengan dihabisi.
-
Preanger Stelsel
Preanger Stelsel merupakan penyerahan wajib pajak atas hasil bumi warga Priangan pada VOC. Ini terjadi pada periode 1677 sampai 1871, bukan berupa uang namun berupa hasil bumi yang memiliki nilai setara dengan uang pajak itu sendiri. Apabila pribumi tidak memiliki lahan hasil bumi, maka mereka akan dipaksa untuk menjadi budak oleh VOC. Para budak tersebut kemudian dipaksa bekerja biasanya menanam tanaman yang sesuai keinginan dari VOC dengan sistem kerja paksa atau kerja rodi tanpa mendapatkan upah sepeserpun dari VOC.
Dengan apa yang dilakukan VOC di Indonesia ini, ada dampak positif meski lebih banyak dampak negatifnya. Dampak positif dari kegiatan VOC ini adalah komoditi rempah-rempah dari Indonesia merupakan komoditi yang sangat laku di Eropa. Sedangkan dampak buruknya adalh terjadinya penindasan yang luar biasa pada pribumi dalam rangka untuk menguasai dan memonopoli komoditi rempah-rempah di Indonesia oleh VOC. Untuk VOC sendiri, jelas ini sangat menguntungkan dan bisa mendapatkan pemasukan yang sangat luar biasa besar. Dan bukan hanya untuk VOC, namun juga menambah pemasukan yang sangat besar untuk Belanda.
Keuntungan yang besar ini ternyata menjadi bumerang bagi VOC sendiri. Pasa,nya sikap pejabat yang ada di dalam VOC menjadi semakin serakah dan korupsi semakin besar di sana sini. Terjadinya korupsi ini tentu membuat pemasukan dalam kas Belanda menjadi berkurang, sehingga pada akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan dan digantikan oleh Belanda sendiri. Dan, hutang-hutang VOC pada periode sebelumnya pun kemudian menjadi tanggungan Belanda sehingga keadaan ini tentu membuat kas negara Belanda menjadi berkurang dan bahkan habis.
Daftar Gubernur Jenderal VOC
Berikut ini terdapat beberapa daftar nama gubernur jenderal VOC, yakni sebagai berikut:
- 1610-1614, Pieter Both
- 1614-1615, Gerard Reynest
- 1616-1619, Laurens Reael
- 1619-1623, Jan Pieterszoon Coen
- 1623-1627, Pieter de Carpienter
- 1627-1629, Jan Pieterszoon Coen
- 1629-1632, Jacques Specx
- 1632-1636, Hendrik Brouwer
- 1636-1645, Antonio van Diemen
- 1645-1650, Cornelis van der Lijn
- 1650-1653, Carel Reyniersz
- 1653-1678, Joan Maetsuycker
- 1678-1681, Rijckloff van Goens
- 1681-1684, Cornelis Speelman
- 1684-1691, Johannes Camphuys
- 1691-1704, Willem van Outhoorn
- 1704-1709, Joan van Hoorn
- 1709-1713, Abraham van Riebereck
- 1713-1718, Christoffel van Swol
- 1718-1725, Hendrick Zwaardecroon
- 1725-1729, Mattheus de Haan
- 1729-1731, Diederik Durven
- 1731-1735, Dirk van Cloon
- 1735-1737, Abraham Patras
- 1737-1741, Adriaan Valckenier
- 1741-1743, Johannes Thedens
- 1743-1750, Gustaaf Willem baron van Imhoff
- 1750-1761, Jacob Mossel
- 1761-1775, Petrus Albertus van der Parra
- 1775-1777, Jeremias van Riemsdijk
- 1777-1780, Reinier de Klerk
- 1780-1796, Willem Arnold Alting
- 1798- Pieter Gerardus van Overstraten
Kebijakan-Kebijakan VOC
Berikut ini adalah beberapa kebijakan-kebijakan VOC yaitu:
- Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli perdangan
- Melaksakan politik devide et impera ( memcah dan menguasai ) dalam rangka untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia
- Untuk mempererat kedudukannya, perlu mengangkat seorang Gubernur Jenderal
- Melaksakan sepenuhnya Hak Oktroi yang diberikan pemerintah belanda
- Membangun pangkalan atau markas VOC yang semula di banten dan di Ambon, dipindah ke Jayakarta ( Batavia )
- Melaksakan pelayaran Hongi ( HOngi tocjten )
- Adanya hak ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang melebihi ketentuan.
Pengaruhnya kebijaksanaan VOC bagi rakyat Indonesia
Berikut ini adalah beberapa kebijakan VOC bagi rakyat indonesia yaitu:
- Kekuasaan raja menjadi berkurang / bahkan didominasi secara keseluruhan oleh VOC
- Wilayah kerajaan terpecah belah dengan melahirkan kerajaan dan penguasa baru di bawah kendali VOC
- Hak Oktroi ( istemewa ) VOC, membuat masyarakat Indoneisa menjadi miskin dan menderita
- Rakyat Indonesia mengenal politik uang, mengenal system pertahanan benteng, etika perjanjian dan prajurit bersenjata modern ( senjata api, meriam ).
- Pelayaran HOngi, dapat dikatakan sebagai suatu perampasan, perampokan, perbudakan dan pembunuhan.
- Hak ekstirpasi bagi rakyat merupakan ancaman matinya suatu harapan / sumber penghasilan yang bisa berlebih.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Sejarah VOC: Pengertian, Sejarah, Latar Belakang, Tujuan, Hak, Faktor, Politik, Daftar, Kebijakan dan Pengaruh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.