Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Menyontek? Apakah kalian pernah mendengar istilah dari Menyontek? Jangan khawatir jika kalian belum pernah mendengarnya, disini PakDosen akan membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, faktor, ciri, indikator, bentuk, manfaat, dampak dan cara. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Menyontek
Menyontek merupakan sebuah strategi yang digunakan siswa untuk memperoleh prestasi yang tinggi dengan cara yang tidak adil.
Pengertian Menyontek Menurut Para Ahli
Dibawah ini terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai menyontek, yakni sebagai berikut:
1. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut pendapat dari Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), menyontek merupakan mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
2. Menurut Bower (dalam Purnamasari, 2013)
Menurut pendapat dari Bower (dalam Purnamasari, 2013), menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik atau dalam teks aslinya.
3. Menurut Senada dan Deighton
Menurut pendapat dari Senada dan Deighton, menyontek merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.
4. Menurut Pincus dan Schemelkin
Menurut pendapat dari Pincus dan Schemelkin, menyontek merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik.
Faktor Penyebab Menyontek
Berikut ini terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya menyontek, yakni sebagai berikut:
-
Faktor dari dalam Diri Sendiri
Yakni sebagai berikut:
- Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
- Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
- Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
- Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru atau dosen.
- Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
- Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test atau ujian.
- Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
-
Faktor dari Guru
Yakni sebagai berikut:
- Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
- Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
- Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
- Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
-
Faktor dari Orang Tua
Yakni sebagai berikut:
- Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
- Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak.
-
Faktor dari Sistem Pendidikan
Yakni sebagai berikut:
- Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
- Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar atau siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.
Ciri-Ciri Perilaku Menyontek
Berikut ini adalah mengenai ciri-ciri siswa yang menyontek yaitu:
- Kegiatan percontekan biasanya dilakukan oleh siswa yang duduknya dibelakang(red: posisi menentukan prestasi). Siswa yang duduk dibelakang mempunyai kesempatan mencontek lebih besar dibandingkan dengan siswa yang duduk didepan, ditengah atau bahkan siswa yang tidak mempunyai tempat duduk. Tempat duduk dibelakang letaknya jauh dari meja pengawas ujian sehingga bisa beroperasi dengan bebas.
- Kalau dipandang oleh guru pengawas biasanya meraka tidak berani manatap pandangan guru. Ketidakberanian mereka disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, takut ketahuan nyontek, wajah dari pengawas ujian yang sangat menyeramkan, tidak berani menatap mata pengawas(yang lagi kena penyakit belek), dan mungkin karena wajah siswa tesebut jelek sehingga malu untuk dilihat pengawas, atau jangan-jangan dimuka mereka ada contekanJJ.
- Duduknya tidak tenang. Hal ini merupakan ciri siswa yang perlu mendapatkan perhatia khusus. Siswa yang duduk tidak tenang ini perlu dicurigai akan melakukan kegiatan percontekan. Misalnya saja, duduk tidak menghadap depan, tatapi kesamping. Kalau dilihat dari bawah tempat duduk kita akan melihat pinggul siswa yang sedang melakukan kegiatan percontekan akan selalu bergerak (mungkin ambeyen). Kadang siswa melakukan tindakan-tindakan yang tidak terduga seperti, menggaruk kepala( kemungkinan besar belum mandi 9 hari),meletakkan alat tulis dibibir atau kadan menggigit alat tulis (prediksi lain: siswa yang seperti ini belum sarapan dari rumah). Kadangkala sisa pura-pura mengerjakan serius, namun setelah dilakkukan riset, ternyata mereka tidak mengerjakan soal akan tetapi menggambar soal atau mempertebal tulisan.
- Menggunakan kode rahasia. Tapi sekarang kode siswa itu terlihat jadul sekali. Kode seperti menggunakan bagian tubuh seperti jari, atau menunjuk bagian tubuh, dan menggunakan suara, itu sudah digunakan oleh nenek moyang kita. Sehingga diharapkan siswa mampu membuat kode rahasia yang baru. Misalnya saja untuk jawaban A bisa menggunakan kata simbol “saya lapar”, B “nanti kemana?”, untuk jawaban C dengan kata simbol “saya capek” dan lain sebagainya. Kemungkinan guru tidak akan curiga, guru pengawas menganggap itu hanya dialog biasa.
- Suasana kelas berisik. Kekuatan optimal seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran adalah 15 menit awal. Begitu juga pada saat suatu ujian, dalam waktu 15 menit awal, siswa akan berupaya dengan semaksimal mungkin mengerjakan soal itu secara mandiri. Namun setalah 15 menit awal, kekuatan siswa akan mulai menepis, begitu juga kekuatan guru pengawas. Guru pengawas biasanya aktif hanya 15-20 menit awal. Apabila dalam jangka waktu tersebut, siswa serius mengerjakan, guru akan menjadi jenuh kemudian membuka buku dan membacanya. Siswa mulai terlihat panik menjelanh jam ujian selasi. Biasanya 5-10 menit akhir, segala cara akan diupayakan siswa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu berupa jawaban.
- Waktu pengumpulan. Waktu pengumpulan jawaban, dalam satu kelompok percontekan biasanya bersamaan, mungkin hanya selang beberapa menit. Ini menandakan kegiatan contek-menyontek jarak dekat, yaitu dengan posisi depan belakang dan samping kanan-kiri. Percontekan seperti ini memudahkan guru dalam mengurutkan lembar jawaban. Beginilah contoh kebaikan dari kegiatan mencontek.
- Mengalihkan perhatian guru. Tipe menyontek seperti ini biasanya dilakukan oleh satu sindikat tertentu (Kerja sama antara teman yang satu dengan teman yang lainnya). Ada salah satu siswa yang dijadikan umpan untuk mengalihkan perhatian guru pengawas, sehinggga guru pengawas akan hanya fokus pada siswa tersebut. Waktu yang singkat ini dimanfaatkan siswa yang lain untuk menyontek atau berdiskusi dengan siswa yang lain. Mengalihkan ini biasanya berupa pertanyaan terhadap soal dan kadang meminta lembar jawab tambahan. Berpura-pura meminjam sesuatu kepada siswa yang lain merupakan trik lain untuk menyontek.
- Lembar jawaban biasanya penuh dengan coretan. Dalam kegiatan mencontek ternyata juga ditemukan unsur dilemanitas terhadap pilihan jawaban yang berbeda antara siswa yang satu dangan siswa yang lain. Apabila dilemanitas ini tidak segera diselesaikan, akan terdapat jawaban ganda. Siswa harus bisa memilih pilihan yang tepat dengan menggunakan hatinya. Jawaban yang pertama biasanya hanya didasarkan pada emosi sesaat. Setelah berdiskusi dengan teman yang lain, dan ditemukan jawaban lain, siswa harus mengganti jawaban yang pertama dengan jawaban yang baru ditemukan.
- Khusus bagi siswi, biasanya lebih agresif dan ekspresif apabila mau, sedang dan sesudah mencontek atau berdiskusi dengan teman. Sifat wanita yang labil, membuat kegiatan percontekan berlangsung dengan kegaduhan tingkat tinggi. Siswi biasanya duduk merunduk seakan membawa beban yang berat,. Terkadang siswi berpura-pura menjatuhkan bullpen untuk mengambil contekan yang tidak tepat sasaran.
Indikator Menyontek
Berikut ini terdapat beberapa indikator menyontek, yakni sebagai berikut:
1. Prokrastinasi dan efikasi diri
Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek adalah prokrastinasi dan juga rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi (kegiatan menunda-nunda kegiatan atau tugas) merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang yang menyontek karena orang yang terbiasa menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang rendah dalam menghadapi ujian.
Efikasi diri rendah yang dimiliki seseorang juga merupakan indikasi lain bagi perilaku menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan. Orang yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi akan cenderung lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan menolak untuk melakukan kegiatan menyontek.
2. Kecemasan yang berlebihan
Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator bagi seseorang yang melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang muncul pada seorang pencontek adalah munculnya kecemasan yang berlebihan saat tes. Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi otak sehingga otak tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut membuat orang terdorong dalam melakukan kegiatan menyontek untuk menciptakan ketenangan pada dirinya.
3. Motivasi belajar dan berprestasi
Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas maupun pekerjaan yang diberikan kepadanyadengan usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal ini dapat berarti bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi cenderung mengerjakan tugas sendiri dan menghindari perilaku menyontek. Sebaliknya orang yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan banyak menemui kesulitan dalam belajar, sehingga memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang kurang dalam menghadapi tes.
4. Keterikatan dengan kelompok
Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu kelompok akan cenderung melakukan kegiatan menyontek. Hal itu terjadi karena orang tersebut merasakan keterikatan yang kuat di antara mereka sehingga mendorong untuk saling menolong dan berbagi termasuk juga dalam menyelesaikan ujian atau tes. Biasanya seseorang akan cenderung menyontek kepada teman yang dikenal atau teman dekatnya.
5. Keinginan nilai tinggi
Keinginan seseorang untuk mendapatkan nilai yang tinggi juga dapat menjadi pendorong seseorang melakukan kegiatan menyontek.Orang berpikir bahwa nilai adalah segalanya dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik meskipun harus menggunakan cara yang salah (menyontek).
6. Pikiran negatif
Pikiran negatif yang dimiliki siswa seperti ketakutan dianggap bodoh dan dijauhi teman, ketakutan dimarahi guru atau orang tua karena nilai jelek juga menjadi indikator perilaku menyontek pada siswa. Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena hubungan orang tua dan siswa yang kurang baik. Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan kepercayaan kepada siswa agar dapat meminimalisir perilaku menyontek.
7. Perilaku implusive dan cari perhatian
Dody Hartanto (2012:28) mengatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan menyontek menunjukkan indikasi mereka terlalu menuruti kata hati (implusive) dan terlalu mencari perhatian (sensation seeking). Individu dapat dikatakan implusive jika keputusan yang dibuathanya berdasarkan dorongan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dibandingkan memikirkan alasan. Individu yang memiliki kebutuhan akan sensasi (perhatian) yang berlebihan adalah ketika individu yang sedang dalam tumbuh dan berkembang tersebut melakukan perbuatan menyontek sebagai sesuatu yang alami untuk bertahan hidup.
8. Harga diri dan kendali diri
Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi atau berlebihan akan cenderung memilih untuk melakukan kegiatan menyontek. Perbuatan menyontek tersebut dilakukan untuk menjaga harga diri siswa tetap terjaga dengan mendapatkan nilai yang tinggi walaupun dengan menyontek. Selain itu orang yang memiliki kendali diri (self control) yang rendah juga cenderung melakukan perbuatan menyontek.
Bentuk-Bentuk Menyontek
Berikut ini terdapat beberapa bentuk-bentuk menyontek, yakni sebagai berikut:
- Individual-opportinistic, yaitu sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas.
- Independent-planned, yaitu sebagai menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.
- Social-active, yaitu perilaku dimana siswa mengcopi atau melihat atau meminta jawaban dengan orang lain.
- Social-passive, yaitu mengizinkan seseorang melihat atau mengcopi jawaban.
Manfaat Menyontek
1. Meningkatkan kepercayaan diri
2. Menyontek dapat meningkatkan kreatifitas
3. Menyontek dapat meningkatkan kewaspadaan
4. Menyontek dapat melatih kecepatan dan gerak reflek
5. Menyontek dapat melatih kerjasama
6. Menyontek bisa mendapatkan nilai yang bagus
Dampak Perilaku Menyontek
Berikut ini adalah dampak dari prilaku mencontek yaitu:
-
Perilaku menyontek dapat mendidik siswa untuk berbohong
Menyontek merupakan termasuk perilaku berbohong baik pada diri sendiri maupun orang lain. Siswa yang sudah terbiasa menyontek akan terbiasa untuk berbohong tidak hanya ketika ujian namun juga dapat terbawa-bawa dalam kehidupan sehari-hari. Menyontek dapat mengikis pribadi jujur dalam diri seorang pelajar, dapat menghambat seorang pelajar mengoptimalkan kemampuannya dalam belajar dan memperoleh hasil belajar.
-
Siswa tidak menghargai proses belajar
Siswa yang hanya mengandalkan menyontek ketika ujian, di dalam belajar siswa tersebut hanya akan bermain-main saja karena bagi mereka yang penting adalah hasil ujian dan proses belajar tidak penting.
-
Melahirkan koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang menghalalkan segala cara
Karena menyontek dapat mengikis kejujuran dan mendidik siswa untuk berbohong serta hal tersebut sudah tertanam di dalan diri siswa, maka akan melahirkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak baik, seperti koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang menghalalkan segala cara.
-
Tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain
Ketergantungan adalah suatu keadaan di mana seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain (Hartono dan Boy Soedarmadji, 2013:88). Di dalam belajar, masalah ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga usaha belajarnya menjadi rendah. Siswa yang menyontek biasanya menggantungkan dirinya kepada orang lain, hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain dalam berbagai hal.
-
Malas belajar, malas berpikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka meneliti
Karena setiap ujian sudah terbiasa tidak belajar sebelum menempuh ujian, maka lama-kelamaan akan memunculkan perilaku malas belajar, malas berpikir, malas membaca dan tidak suka meneliti.
-
Membodohi diri sendiri
Menyontek termasuk perilaku yang dapat membodohkan diri sendiri. Seorang siswa yang suka menyontek tidak akan memahami materi pelajaran dan menyontek juga berarti berbohong pada diri sendiri, hal tersebut akan membuat siswa membodohi dirinya sendiri.
-
Mempunyai kepercayaan diri yang rendah
Siswa yang menyontek ketika ujian biasanya tidak memiliki rasa percaya diri ketika menjawab soal-soal ujian sehingga lebih memilih untuk menyontek. Karena terus-menerus menyontek maka siswa tersebut semakin merasa bahwa dia tidak percaya diri di dalam ujian maupun tes yang lainnya.
Cara Menanggulangi Menyontek
Berikut ini terdapat beberapa cara menanggulangi menyontek, yakni sebagai berikut:
-
Faktor dari dalam Diri Sendiri
Yakni sebagai berikut:
- Bangkitkan rasa percaya diri
- Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
- Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
-
Faktor Lingkungan dan Kelompok
Yakni sebagai berikut:
- Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.
-
Faktor Sistem Evaluasi
Yakni sebagai berikut:
- Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
- Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
- Lakukan pengawasan yang ketat
- Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.
-
Faktor dari Guru
Yakni sebagai berikut:
- Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
- Bersikap rasional dan tidak ”menyontek” dalam memberikan tugas ujian atau tes.
- Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
- Berikan umpan balik atas setiap penugasan.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Menyontek Adalah: Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor, Ciri, Indikator, Bentuk, Manfaat, Dampak dan Cara Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.