Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentan Klausa dan Frasa? Apakah kalian pernah mendengar istrilah dari Klausa dan Frasa? Jangan khawatir jika kalian belum pernah mendengarnya, disini PakDosen akan membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, ciri, jenis, perbedaan dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Klausa
Klausa merupakan satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Pengertian Klausa Menurut Para Ahli
Berikut ini terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai klausa, yakni sebagai berikut:
1. Menurut Rusmaji
Menurut pendapat dari Rusmaji, klausa merupakan unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa.
2. Menurut Ramlan
Menurut pendapat dari Ramlan, klausa merupakan Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa dan kalimat jawaban.
3. Menurut Pendapat Arifin (2008:34)
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.
4. Menurut Kridalaksana
Klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.
5. Menurut H. Alwi
Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.
Ciri-Ciri Klausa
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri klausa, yakni sebagai berikut:
- Tidak mempunyai tekanan kalimat akhir didalamya.
- Tidak mempunyai tanda baca di dalamnya karena kedudukannya yang lebih rendah daripada kalimat.
Jenis-Jenis Klausa
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis frasa, yakni sebagai berikut:
-
Klausa Aktif
Klausa Aktif merupakan klausa yang subjeknya berfungsi sebagai pelaku atau aktor.
Contoh Klausa Aktif:
- Ayah melihat saya menulis surat.
- Saya melarang kamu mencangkul kebun itu.
- Ibu menyuruh dia memanggil nenek.
-
Klausa Pasif
Klausa Pasif merupakan Klausa pasif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai penderita.
Contoh Klausa Pasif:
- Dia tahu benar surat itu telah kutulis.
- Aku tidak mau tahu kebun itu kau cangkul.
- Semua kami tahu nasi itu telah dimakan oleh ibu.
-
Klausa Medial
Klausa Medial merupakan klausa yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita.
Contoh Klausa Medial:
- ….. dia menghibur hatinya.
- ….. dia menyiksa dirinya.
- ….. aku menusuk jariku.
-
Klausa Resiprokal
Klausa Resiprokal merupakan klausa yang subjek dan objeknya melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan.
Contoh Klausa Resiprokal:
- Saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka.
- Paman menyuruh saya bersalam-salaman dengan tamu itu.
- Ayah menganjurkan agar kami saling mengasihi dengan saudara.
-
Klausa Intransitif
Klausa Intransitif merupakan klausa yang mengandung kata kerja yang tidak memerlukan sesuatu objek.
Contoh Klausa Intransitif:
- Ayah pergi ke sawah
- Ibu tinggal di rumah
- Adik bermain-main di pekarangan
-
Klausa Statif
Klausa Statif merupakan klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan ajektif.
Contoh Klausa Statif:
- Anak itu pintar
- Neneknya kaya
- Mereka capek
-
Klausa Ekuasional
Klausa Ekuasional merupakan klausa yang berpredikat nomina.
Contoh Klausa Ekuasional:
- Nenekku dukun
- Pamannya pedagang
- Adiknya dokter
-
Klausa Terikat
Klausa Terikat merupakan klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Contoh Klausa Terikat:
- Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
- Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
- Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
Pengertian Frasa
Banyak sering mempermasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang menyebutkan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang sudah dipelajari dalam morfologi bahwa kata merupakan satuan gramatis yang masih dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sedangkan Frasa merupakan satuan struktur yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan.
Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berbentuk himpunan kata yang bersifat non-prediktif atau lazim juga disebut dengan himpunan kata yang mengandung salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Pengertian Frasa Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah pengertian frasa menurut para ahli yaitu:
-
Menurut Prof. M. Ramlan
Menurut pendapat dari Prof. M. Ramlan, frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan. Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut dengan frasa.
-
Menurut Putrayasa
Bahwa pengertian frasa ialah kelompok kata yang mempunyai kedudukan sebagai sautu fungsi dalam kalimat yang tidak semua dari frase itu terdiri dari kelompok kata.
-
Menurut Tarmini
Bahwa pengertian frasa ialah suatu konstruksi yang terdiri dari dua konstituen atau lebih yang bisa mengisi fungsi sintaksis tertentu yang terdapat dalam kalimat akan tetapi tidak melampui dari batas-batas fungsi klausa atau yang sanggup dikatakan sebagai frasa itu nonpredikatif.
-
Menurut Lyons
Menurut Lyons (dalam Soetikno, 1995:168) bahwa pengertian frasa ialah satu kelompok kata yang secara gramatikal sepadan dengan satu kata dan tidak mempunyai subjek dan predikat sendiri.
-
Menurut Kridalaksana
Ciri-Ciri Frasa
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri frasa, yakni sebagai berikut:
- Susunan katanya terdiri atas 2 kata atau lebih dari 2 kata.
- Susunan katanya tidak mempunyai unsur subyek dan predikat.
- Susunan katanya mempunyai makna.
Jenis-Jenis Frasa
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis frasa, yakni sebagai berikut:
1. Frasa Endosentris
Kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP).
Pada frasa endosentris, terbagi menjadi 3 bagian, antara lain:
-
Frasa Endosentris Koordinatif
Frasa Endosentris Koordinatif merupakan frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh Frasa Endosentris Koordinatif:
- rumah pekarangan
- suami istri dua tiga (hari)
- ayah ibu
- pembinaan dan pembangunan
- pembangunan dan pembaharuan
- belajar atau bekerja
-
Frasa Endosentris Atributif
Frasa Endosentris Atributif merupakan frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh Frasa Endosentris Atributif:
- pembangunan lima tahun
- sekolah Inpres
- buku baru
- orang itu
- malam ini
- sedang belajar
- sangat bahagia
-
Frasa Endosentris Apositif
Frasa Endosentris Apositif merupakan frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh Frasa Endosentris Apositif:
- Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
- Ahmad, …….sedang belajar.
- ……….anak Pak Sastro sedang belajar.
- Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi.
2. Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris merupakan frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Berikut ini terdapat beberapa bagian-bagian frasa eksosentris, antara lain:
-
Frasa Nomina
Frasa nomina merupakan frasa yang UP-nya berbentuk kata yang termasuk kategori nomina.
Contoh Frasa Nomina:
- dia rajin → rajin itu menguntungkan
- anaknya dua ekor → dua itu sedikit
- dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
-
Frasa Verba
Frasa Verba merupakan frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan.
Contoh Frasa Verba:
- Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
-
Frasa Ajektifa
Frasa Ajektifa merupakan frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh Frasa Ajektifa:
- Rumahnya besar
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh lain:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
-
Frasa Numeralia
Frasa Numeralia merupakan frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah dan lain-lain.
Contoh Frasa Numeralia:
- dua buah
- tiga ekor
- lima biji
- duapuluh lima orang
-
Frasa Preposisi
Frasa Preposisi merupakan frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh Frasa Preposisi:
- Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
- ke rumah teman
- dari sekolah
- untuk saya
-
Frasa Konjungsi
Frasa Konjungsi merupakan frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh Frasa Konjungsi:
- Penanda (konjungsi) + Petanda (frasa, memiliki P)
- Sejak kemarin dia terus diam (P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
Perbedaan Klausa dan Frasa
Dibawah ini adalah perbedaan klausa dan frasa yakni sebagai berikut:
1. Ada tidaknya predikat
Perbedaan frasa dan klausa yang paling tampak bisa dilihat dari ada tidaknya sebuah kata yang berkedudukan sebagai predikat. Sebagaimana disebutkan di awal, frasa bersifat nonpredikatif artinya tidak mengandung predikat di dalamnya. Sedangkan kebalikannya, klausa bersifat predikatif atau memiliki kata yang berkedudukan sebagai predikat.
2. Bisa tidaknya diubah menjadi kalimat
Sebuah kalimat dapat terdiri dari beberapa unsur, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Namun, untuk ukuran minimal unsur subjek dan predikat saja juga bisa membentuk sebuah kalimat. Klausa memiliki kedua unsur itu, sehingga ia bisa diubah menjadi kalimat, sedangkan hal yang sama tidak berlaku bagi frasa.
3. Pola intonasi
Frasa dan klausa sama-sama tidak memiliki pola intonasi. Namun, jika sebuah klausa diubah menjadi kalimat, maka ia akan mempunyai pola intonasi saat diucapkan. Untuk mengubah klausa menjadi kalimat, diperlukan tanda baca dalam penulisannya. Perhatikan contoh berikut ini! Kalimat Klausa Kami sering bertengkar. Kami sering bertengkar Aku batal pergi ke Jakarta. Aku batal pergi ke Jakarta Kakak tertuaku menikah. Kakak tertuaku menikah umur 30 tahun.
4. Unsur pembentuk
Perbedaan frasa dan klausa yang terakhir terletak pada unsur pembentuknya. Frasa terbentuk dari unsur diterangkan dan menerangkan, sedangkan klausa terbentuk dari unsur subjek dan predikat.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Klausa dan Frasa: Pengertian Menurut Para Ahli, Ciri, Jenis, Perbedaan dan Contoh
Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi