Kepribadian: Pengertian Menurut Para Ahli, Tipe, Ciri Serta Teori

Kepribadian Adalah

Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Kepribadian? Mungkin anda pernah mendengar kata Kepribadian? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, tipe, ciri, teori, faktor, unsur, dan cara. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.

Kepribadian: Pengertian Menurut Para Ahli, Tipe, Ciri Serta Teori

Pengertian Kepribadian

Kepribadian ialah sebuah perilaku sosial yang terdiri dari mimik, perasaan, ciri spesifik, ketahanan, dukungan, kebutuhan dan anggapan menyatu pada seseoarang apabila berinteraksi dengan orang lain ataupun ditujukan pada kondisi tertentu.


Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai kepribadian, yakni sebagai berikut:

1. Menurut Roucek dan Warren

Menurut pendapat dari Roucek dan Warren, kepribadian ialah penataan aspek-aspek sosiologis, psikologis, dan biologis yang dilandasi oleh sikap seseorang.


2. Menurut Theodore R Newcombe

Menurut pendapat dari Theodore R Newcombe, kepribadian ialah penataan perilaku yang dipunyai oleh seseorang sebagai dasar mengenai tingkah laku.


3. Menurut George Herbert Mead

Menurut pendapat dari George Herbert Mead, kepribadian ialah perilaku manusia yang meningkat lelewati peningkatan diri. Peningkatan kepribadian dalam diri seseorang terjadi seumur hidup.


4. Menurut Robert Sutherland

Menurut pendapat dari Robert Sutherland, kepribadian ialah generalisasi seseorang dan perilakunya sama mengenai lingkungan masyarakat dan kultur.


5. Menurut Koentjaraningrat

Menurut pendapat dari Koentjaraningrat, kepribadian ialah ciri, budi pekerti yang diperhatikan seseorang secara lahir, bertanggung jawab dan kosekuen setiap manusia menjalankan proses sosialisasi.


Tipe-Tipe Kepribadian

Berikut ini terdapat 4 tipe-tipe kepribadian pada manusia, yakni sebagai berikut:

  • Koleris

Kalau mengatasi suatu pekerjaan maka seseorang Koleris akan mengatasinya dengan caranya sendiri. Dia benar-benar inovatif, bahkan kalau terdapat panduan, kemudian dia tidak suka mematuhi panduan tersebut. Intinya koleris akan berupaya untuk mengatasi pekerjaan tersebut sampai selesai.


  • Sanguinis

Si sanguin ini dapat dianggap seseorang anak yang terisolasi dalam tubuh orang dewasa. Awet muda dan berkenan hanya bermain-main.


  • Melankolis

Tipe dari melankolis ialah pekerja sistematis. Senangnya rapi dan teratur. Dalam mengatasi pekerjaan, kemudian seseorang yang berperilaku melankolis akan mempunyai cara optimum.


  • Plegmatis

Tipe dari plegmatis yang paling menggembirakan bagi semua orang. Orang plegmatis tersebut hampir tidak pernah marah. Senyumnya tulus, hanya saja seperti orang yang tidak punya gairah. Orangnya tenang dan tidak suka bercekcok.


Ciri-Ciri Kepribadian

Berikut ini terdapat beberapa ciri ciri dari kepribadian pada manusia, yakni sebagai berikut:

  1. Kegigihan
  2. Gairah
  3. Penyimpangan seksual
  4. Dampaknya kecondongan generasi

Teori Kepribadian

Berikut ini terdapat beberapa teori dari kepribadian, yakni sebagai berikut:

1. Psychodynamic Theory

Psychodynamic Theory ialah teori yang dibentuk oleh Sigmund Freud. Dalam teorinya, ambisi dengan Premis, bahwa keperluan ataupun ambisi yang tidak dirasakan oleh pelanggan terutama dorongan biologis dan seksual sebagai pokok dari semangat dan kepribadian.


2. Neo-Freudian Personality Theory

Teori ini dicermati oleh Karen Hornet. Dalam teorinya menyajikan sebuah metode yang dilalui seseorang dalam kerangka mencari jalan keluar dari percekcokan yang merisaukan.


3. Trait Theory

Teori ini dikemukakan oleh Costa dan McCrae, memakai anggapan bahwa semua seseorang mempunyai kepribadian berbeda dan kepribadian tersebut yang bersifat bertanggung jawab dan bisa diukur perbedaanya antara seseorang yang satu dengan yang lainnya.


4. Carl Jung Theory

Menurut Car Jung dalam teori ini beranggapan bahwa diperoleh dua perspektif cara bersikap dan empat fungsi psikologi.


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Kepribadian seseorang senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan proses sosialisasi yang dilakukan orang tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian pada seseorang adalah sebagai berikut:

  • Faktor Biologis

Setiap orang pasti memiliki warisan biologis yang berbeda dengan orang yang lainnya. Warisan biologis dapat berupa bentuk fisik yang berbeda antara satu orang dengan orang lain, bahkan pada anak kembar sekalipun. Karakteristik fisik seseorang dapat menjadi salah satu faktor penentu perkembangan kepribadian sesuai dengan bagaimana ia memahami keadaan dirinya dan bagaimana ia diperlakukan dalam masyarakat.


  • Faktor Geografis dan Kebudayaan Khusus

Letak geografis yang berbeda akan menghasilkan jenis kebudayaan yang berbeda pula. Misalnya saja masyarakat pesisir yang menghasilkan kebudayaan nelayan, masyarakat pedesaan yang akan menghasilkan kebudayaan petani, dan kebudayaan masyarakat kota. Letak geografis ini sebenarnya hanya merupakan karakteristik kepribadian umum dari suatu masyarakat dan tidak semua warga masyarakat termasuk di dalamnya. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa kepribadian umum adalah kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok masyarakat.


  • Faktor Pengalaman Kelompok

Sepanjang kehidupan seseorang, pasti ada kelompok-kelompok tertentu yang diserap gagasan-gagasan dan norma-normanya oleh seseorang. Kelompok keluarga adalah kelompok pertama yang akan dilalui oleh individu dan mungkin yang memiliki peranan paling penting bagi pembentukan kepribadian seseorang. Kelompok lain yang menjadi referensi individu dalam membentuk kepribadiannya adalah kelompok bermain. Peranan kelompok bermain ini akan semakin berkurang pengaruhnya seiring dengan pertambahnya usia seseorang.


Selain keluarga dan kelompok bermain, kelompok mejemuk juga memiliki peranan yang cukup besar bagi pembentukan kepribadian seseorang. Kelompo mejemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang sangat beraneka ragam. Bermacam-macam kelompok masyarakat ini mempunyai pendangan-pandangan yang berbeda dalam memandang nilai dan norma. Dalam keadaan perbedaan seperti ini, seorang individu hendaknya menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik bagi dirinya sehingga tidak terhanyut dalam arus perbedaan yang terjadi dalam masyarakat majemuk tempatnya berada.


  • Faktor Pengalaman Unik

Dua orang yang hidup di lingkungan yang sama, belum tentu memiliki kepribadian yang sama. Hal tersebut disebabkan karena pengalaman yang pernah didapatkan oleh masing-masing individu selalu bersifat unik dan tidak ada seorangpun yang menyamainya. Itulah mengapa dua orang individu yang hidup pada lingkungkungan yang sama tidak akan menghasilkan kepribadian yang sama, bahkan pada seseorang yang lahir kembar sekalipun.


Unsur-Unsur Kepribadian

Menurut Koentjaraningrat (1986) unsur-unsur dari kepribadian meliputi: pengetahuan, perasaan dan dorongan hati, berikut penjelasannya.

1. Pengetahuan

Pengetahuan sebagai salah satu unsur kepribadian memiliki aspek-aspek sebagai berikut: penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi yang berada di alam sadar manusia. Walaupun demikian, diakui bahwa banyak pengetahuan atau bagian dari seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun oleh seorang individu selama hidupnya itu, seringkali hilang dari alam akalnya yang sadar, atau dalam “kesadarannya,” karena berbagai macam sebab. Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyap begitu saja, melainkan hanya terdesak masuk saja ke dalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi disebut alam “bawah-sadar” (sub-conscious). Pengetahuan individu di alam bawah sadar larut dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali tercampur satu sama lain dengan tidak teratur.


Proses itu terjadi karena tidak ada lagi akal sadar dari individu bersangkutan yang menyusun dan menatanya dengan rapi walaupun terdesak ke alam bawah sadar, namun kadang-kadang bagian-bagian pengetahuan tadi mungkin muncul lagi di alam kesadaran dari jiwa individu tersebut. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Ada bermacam-macam hal yang dialami melalui penerimaan pancainderanya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel tertentu di bagian-bagian tertentu dari otaknya.


Di sana berbagai macam proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran dan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal manusia yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi.” Penggambaran tentang lingkungan tersebut di atas berbeda dengan misalnya sebuah gambar foto yang secara lengkap memuat semua unsur dari lingkungan yang terkena cahaya sehingga ditangkap oleh film melalui lensa kamera. Penggambaran oleh akal manusia hanya mengandung bagian-bagian khusus yang mendapat perhatian dari akal si individu, sehingga merupakan, suatu penggambaran yang terfokus pada bagian-bagian khusus tadi. Apabila individu tadi menutup matanya, maka akan terbayang dalam kesadarannya penggambaran yang berfokus dari alam lingkungan yang baru saja dilihatnya. Bilamana penggambaran tentang lingkungan dengan fokus kepada bagian-bagian yang paling menarik perhatian seorang individu, diolah dalam akalnya dengan menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain sejenis yang pemah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya dalam masa yang lalu, yang timbul kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadarannya.


Penggambaran baru dengan pengertian baru seperti itu, dalam ilmu psikologi disebut apersepsi. Ada kalanya suatu persepsi, setelah diproyeksikan kembali oleh individu, menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian yang menyebabkan individu tertarik dan lebih intensif memusatkan akalnya terhadap bagian-bagian khusus tadi. Penggambaran yang lebih intensif terfokus, yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif tadi, dalam ilmu psikologi disebut “pengamatan.” Konsep adalah penggambaran abstrak tentang bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan azas-azas tertentu secara konsisten. Dengan proses akal itu individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak yang sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan konkret dari penggambaran baru itu.


Fantasi adalah penggambaran tentang lingkungan individu yang ditambah-tambah dan dibesar-besarkan, dan ada yang dikurangi serta dikecil-kecilkan pada bagian-bagian tertentu; ada pula yang digabung-gabungkan dengan penggambaran-penggambaran lain, menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak akan pernah ada dalam kenyataan. Contoh menggambarkan ayam bertanduk, atau anjing yang bisa berbicara dan sebagainya. Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep, serta kemampuannya untuk berfantasi, sudah tentu sangat penting bagi makhluk manusia. Ini disebabkan karena tanpa kemampuan akal untuk membentuk konsep dan penggambaran fantasi, teru-tama konsep dan fantasi yang mempunyai nilai guna dan keindahan, artinya kemampuan akal yang kreatif, maka manusia tidak akan dapat mengembangkan citacita serta gagasan-gagasan ideal; manusia tidak akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, dan manusia tidak akan dapat mengkreasikan karya-karya keseniannya.


2. Perasaan

Koentjaraningrat (1986) menyatakan bahwa perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif atau negatif. Suatu perasaan yang selalu bersifat subyektif karena adanya unsur penilaian, yang biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu bisa juga positif, artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya sebagai suatu hal yang akan memberikan kenikmatan kepadanya, atau bisa juga negatif, artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya. Alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Kalau orang pada suatu hari yang luar biasa panasnya melihat papan gambar reklame minuman es kelapa muda berwarna merah muda yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan seolah-olah terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas es kelapa muda yang dingin, manis, dan menyegarkan pada waktu hari sedang panas-panasnya, yang seakan-akan demikian realistiknya sehingga keluarlah air liurnya.


Apersepsi seorang individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati segelas es kelapa muda tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu “perasaan” yang positif, yaitu perasaan nikmat, dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air liur. Sebaliknya, kita dapat juga menggambarkan adanya seorang individu yang melihat sesuatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan, mencium bau busuk dan sebagainya. Dugaan-dugaan atau persepsi seperti itu dapat menimbulkan kesadaran akan perasaan yang negatif, karena dalam kesadaran terkenang lagi misalnya bagaimana kita menjadi muak karena sepotong ikan yang sudah busuk yang kita alami di masa yang lampau. Apersepsi tersebut mungkin dapat menyebabkan kita menjadi benar-benar merasa muak apabila kita mencium lagi bau ikan busuk. Suatu perasaan bisa berwujud menjadi kehendak, suatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, dan hal itu sering terjadi apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh, atau sebaliknya. Suatu kehendak yang kuat/keras disebut dengan keinginan. Suatu keinginan juga bisa menjadi sangat besar, dan bila hal ini terjadi maka disebut dengan emosi.


3. Dorongan Naluri

Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya, dan khususnya dalam gen-nya (dirinya) sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia tersebut, disebut dorongan (drive). Naluri yang terkandung dalam diri manusia sangat beragam (Koentjaraningrat, 1986), beberapa ahli memiliki perbedaan, namun mereka sepakat bahwa ada paling sedikit tujuh macam dorongan naluri, yaitu:

  • Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi yang juga ada pada semua makhluk di dunia ini dan yang menyebabkan bahwa semua jenis makhluk mampu mempertahankan hidupnya di muka bumi ini;

  • Dorongan sex. Dorongan ini malahan telah menarik perhatian banyak ahli psikologi, dan berbagai teori telah dikembangkan sekitar soal ini. Suatu hal yang jelas adalah bahwa dorongan ini timbul pada tiap individu yang normal tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dan memang dorongan ini mempunyai landasan biologi yang mendorong makhluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya (regenerasi);

  • Dorongan untuk usaha mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak bayi pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk mencari makan, yaitu dengan mencari susu ibunya atau botol susunya, tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang adanya hal-hal itu tadi;

  • Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia. Dorongan ini memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk kolektif;

  • Dorongan untuk meniru tingkah-laku sesamanya. Dorongan ini merupakan sumber dari adanya beraneka warna kebudayaan di antara manusia, karena adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang memaksanya berbuat konform dengan manusia sekitarnya;

  • Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada dalam naluri manusia, karena manusia merupakan makhluk, yang hidup kolektif, sehingga untuk dapat hidup bersama dengan manusia lain secara serasi ia perlu mempunyai suatu landasan biologi untuk mengem bangkan rasa altruistik, rasa simpati, rasa cinta dan sebagainya, yang memungkinkannya hidup bersama itu. Kalau dorongan untuk berbagai hal itu diekstensikan dari sesama manusianya kepada kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya dianggap berada di luar akalnya, maka akan timbul religi; dan

  • Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. Pada seorang bayi dorongan ini sudah sering tampak pada gejala tertariknya seorang bayi kepada bentuk-bentuk tertentu dari benda-benda di sekitamya, kepada warna-warna cerah, kepada suara nyaring dan berirama, dan kepada gerak-gerak yang selaras.

Cara Mengukur Kepribadian

Melakukan pengukuran terhadap kepribadian seseorang bertujuan untuk dapat mengetahui corak kepribadian secara pasti dan terinci. Dengan mengetahui corak atau tipe kepribadian seseorang, berarti pengenalan kita terhadap dirinya menjadi lebih sempurna, sehingga proses pendidikannya dapat disesuaikan dan lebih lancar.

Cara mengukur/menyelidiki kepribadian ada bermacam-macam, antara lain:

1. Observasi

Menilaian kepribadian dengan cara mengganti/memperhatikan langsung tingkah laku serta kegiatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan, terutama sikapnya, caranya, bicara, kerja, dan juga hasilnya.


2. Wawancara (Interview)

Menilai kepribadian dengan mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Agar diperoleh hasil yang murni, sebaiknya wawancara dilakukan secara santai, karena dengan cara ini suasananya menjadi akrab, pembicaraan saling terbuka, sehingga sesuatu yang diperlihatkan dan dikatakan orang yang di interview adalah murni.


3. Inventory

Inventory adalah sejenis kuesioner (pertanyaan tertulis) yang harus dijawab oleh responden secara ringkas, biasanya mengisi kolom jawaban dengan tanda cek. Inventory yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang. Alat tes yang digunakan EPPS, 16 PF.


4. Tekhnik Proyektif

Cara lain mengukur/menilai kepribadian dengan menggunakan tekhnik proyektif. Si anak/orang yang dinilai akan memproyeksikan pribadinya melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes uang digunakan adalah tes Rorschach, TAT, DAM


5. Biografi dan Autobiografi

Riwayat hidup yang ditulis orang lain (biografi) dan ditulis sendiri (authobiografi) dapat juga untuk menilai kepribadian. Sejenis authobiografi yang paling sederhana dapat dibuat oleh murid-murid dengan judul tulisan pengalaman yang tak terlupakan atau cita-citaku setelah tamat sekolah dan lain sebagainya.


6. Catatan Harian

Catatan harian seseorang berisikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari, dapat juga dianalisis dan dijadikan bahan penelitian kepribadian seseorang.


Demikian Penjelasan Materi Tentang Kepribadian Adalah: Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Tipe, Ciri, Teori, Faktor, Unsur dan Cara Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.


Posted

in

, , , , ,

by

Tags: