Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Etnosentrisme? Apakah kalian pernah mendengar istrilah dari Etnosentrisme? Jangan khawatir jika kalian belum pernah mendengarnya, disini PakDosen akan membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, faktor, dampak, karakteristik dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan pemahaman yang dimiliki oleh seseorang yang berpendapat bahwa budayanya merupakan yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Adanya perbedaan budaya dari masing-masing daerah bahkan negara. Perbedaan cara pandang dan pendapat terhadap budaya yang dimiliki atau diakui dapat menunjukan perilaku etnosentrisme. Etnosentrisme terdapat dalam beberapa bahasa yaitu arti kata “Cina” dalam bahsa Cina sebetulnya bermakna “pusat dunia” dan suku Navajo, Kiowa dan Inuit menyebut diri mereka sendiri sebagai “The people”. Contoh adanya perilaku etnosentrisme, misalnya saja suatu daerah mempunyai budaya untuk memakan daging kuda mentah. Hal ini mendapat cara pandang yang berbeda dari berbagai kalangan. Ada yang berpendapat bahwa memakan daging kuda mentah adalah hal yang biadab dan tidak normal.
Tetapi mungkin saja ada yang memiliki pandangan bahwa memakan daging kuda mentah adalah biasa dan tidak sebanding dengan meletakkan orang tua di panti jompo. Dari contoh diatas maka Nanda dan Warms (dalam Larry, 2010) menjelaskan bahwa etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya yang lain. Pandangan bahwa budaya lain dinilai berdasarkan standart budaya kita. Kita menjadi etnosentris ketika kita melihat budaya lain melalui kacamata budaya kita atau posisi sosial kita. Secara menyeluruh perilaku etnosentrisme merupakan sikap/ perilaku yang menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya sebagai tolak ukur untuk menilai budaya lain atau kelompok lain. Selain itu etnosentrisme dapat didefinisikan sebagai kepercayaan yang sangat tinggi terhadap budayanya sendiri dan menganggap tidak nyaman dengan budaya lain sehingga lebih memandang rendah terhadap budaya lain.
Pengertian Etnosentrisme Menurut Para Ahli
Berikut ini terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai etnosentrisme, yakni sebagai berikut:
1. Menurut Matsumoto
Menurut pendapat dari Matsumoto, Etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk melihat dunia hanya melewati perspektif budaya sendiri.
2. Menurut Daft
Menurut pendapat dari Daft, Etnosentrisme merupakan kepercayaan bahwa semua kelompok, semua budaya dan subkultur pada hakekatnya sama.
3. Menurut Sumnel
Menurut pendapat dari Sumnel, Etnosentrisme merupakan kecenderungan manusia yang mengikuti naluri biologinya yang mementingkan diri sendiri lebih unggul dari orang lain dan menjadi seorang Individualistik.
4. Menurut Hariyono
Menurut pendapat dari Hariyono, Etnosentrisme merupakan suatu perasaan In group dan Out group dalam suatu dasar sikap yang dijalankan oleh seseorang.
5. Menurut Coleman dan Cressey
Menurut pendapat dari Coleman dan Cressey, Etnosentrisme merupakan seseorang yang berasal dari kelompok etnis yang cenderung melihat budaya mereka sebagai yang terbaik dibandingkan dengan kebudayaan yang lain.
Faktor Penyebab Etnosentrisme
Berikut ini terdapat dua faktor penyebab terjadinya etnosentrisme, yakni sebagai berikut:
-
Budaya Politik
Didalam masyarakat diperoleh budaya politik yang mengarah tidak rasional dan tradisional. Maka dari itu masyarakat akan lebih dikuasai oleh sikap subjektif, primordial dan penuh emosional. Jika msayarakat berinteraksi dengan keadaan-keadaan politik, maka akan lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri, baik dari segi agama, suku, etnis dan lain sebagainya.
-
Pluralitas Bangsa Indonesia
Golongan, suku, ras dan agama yang diperoleh di Indonesia akan mudah menyebabkan beberapa perselisihan dan masalah sosial. Kondisi tersebut dikarenakan keberagaman tersebut akan membuat setiap golongan, suku, ras dan agama masing-masing saling berdaulat dan menguasai satu sama lain.
Dampak Etnosentrisme
Berikut ini terdapat dua dampak etnosentrisme, yakni dampak negatif dan positif antara lain sebagai berikut:
1. Dampak Negatif Etnosentrisme
Berikut ini terdapat beberapa dampak negatif terjadinya etnosentrisme, yakni sebagai berikut:
- Menyebabkan terdapatnya perselisihan sosial yang terjadi antar suku dan agama.
- Berisi terdapatnya aliran politik.
- Membatasi proses integrasi dan asimilasi.
- Membatasi ilmu pengetahuan yang objektif.
- Membatasi adanya pertukaran budaya.
2. Dampak Positif Etnosentrisme
Berikut ini terdapat beberapa dampak positif terjadinya etnosentrisme, yakni sebagai berikut:
- Mengembangkan perilaku semangat patriotisme.
- Melindungi kestabilan dan keutuhan budaya.
- Mengembangkan rasa cinta kepada bangsanya.
Karakteristik Etnosentrisme
Karakteristik dalam etnosentrisme dikemukakan oleh beberapa tokoh, antara lain sebagai berikut:
Menurut Larry, dkk (2010) terdapat tiga tingkatan dalam etnosentrisme, yaitu:
- Positif, merupakan kepercayaan bahwa paling tidak bagi Anda, budaya Anda lebih baik dari yang lain. Hal ini alami dan kepercayaan Anda berasal dari budaya asli Anda.
- Negatif, Anda mengevaluasi secara sebagian. Anda percaya bahwa budaya Anda merupakan pusat dari segalanya dan budaya lain harus dinilai dan diukur berdasarkan standar budaya Anda. Menurut Triandis, “kita melihat kebiasaan kelompok sebagai hal yang benar. Kita langsung berpikir bahwa peranan dan nilai-nilai dalam kelompok benar”.
- Sangat Negatif, bagi Anda tidak cukup hanya menganggap budaya Anda sebagai yang paling benar dan bermanfaat, Anda juga menganggap budaya Anda sebagai yang paling berkuasa dan Anda percaya bahwa nilai dan kepercayaan Anda harus diadopsi oleh orang lain.
Etnosentrisme semuanya terletak pada identitas sosial yang mendasar: kami. Sesaat sesudah orang-orang menciptakan kategori yang disebut “kami”, mereka mempersepsikan semua orang lain sebagai “bukan kami”. Solidaritas dalam kelompok ini dapat tercipta dalam waktu satu menit dalam laboratorium, sebagaimana ditunjukkan oleh Henri Tajfel dan rekan-rekannya (1971) dalam sebuah eksperimen di sekolah khusus lelaki di Inggris. Tajfel menunjukkan kepada anak-anak lelaki ini berbagai potongan gambar, masing-masing memiliki sejumlah titik yang beraneka ragam dan meminta anak-anak ini untuk menebak beberapa jumlah semua titik dalam potongan gambar tersebut.
Anak-anak ini dengan acak dikelompokkan sebagai “overestimators” ataupun “underestimators” dan mereka kemudian diminta untuk mengerjakan tugas lainnya. Dalam tahap ini, mereka diberikan kesempatan menilai anak-anak lain yang diidentifikasikan sebagai “overestimators” ataupun “underestimators”. Walaupun setiap anak bekerja sendiri dalam ruangnya masing-masing, setiap anak memberikan nilai yang lebih tinggi pada anak-anak yang dianggap mirip dengannya, entah itu seorang yang “overestimators” ataupun “underestimators”. Ketika anak-anak ini keluar dari ruangannya masing-masing dan ditanyai, “Termasuk yang manakah dirimu?” dan jawaban yang diberikan disebut dengan sorak gembira atau cemooh dari anak-anak lainnya.
Contoh Etnosentrisme di Indonesia
Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia merupakan perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat.
Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial. Contoh yang lain adalah kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggaan.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Etnosentrisme Adalah: Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor, Dampak, Karakteristik dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.