Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Debat? Mungkin anda pernah mendengar kata Debat? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, ciri, jenis, unsur, cara, struktur, tujuan, kaidah, etika, teknik, metode, manfaat dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Debat
Debat adalah aktivitas adu alasan antara dua bagian ataupun lebih, baik individu maupun kelompok dalam membahas dan menentukan persoalan dan perbandingan.
Ciri-Ciri Debat
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri dari debat, yakni sebagai berikut:
- Terkandung dua perspektif yakni yakin dan buruk
- Terdapat prosedur saling melindungi gagasan antara kedua belah faksi
- Terdapat adu alasan yang bermaksud untuk mencapai keberhasilan
- Hasil debat didapat dengan pemungutan suara
- Bagian tanya jawab berwujud tertentu dan bermaksud untuk membenamkan pihak lawan
- Terdapat faksi yang berlaku sebagai penghubung yang umumnya dilakukan oleh penengah
Jenis-Jenis Debat
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis dari debat, yakni sebagai berikut:
1. Debat Resmi
Jenis debat resmi ialah untuk menyampaikan giliran bagi dua tim juru bicara untuk mempersentasikan kepada mustamik sejumlah alasan yang menopang ataupun yang mengganjal suatu ide. Setiap faksi diberikan jarak waktu yang sama bagi mustamik bermanfaat dan ganjalan.
2. Debat Pemeriksaan Ulangan
Jenis debat pemeriksaan ulangan ini ialah untuk menyajikan sebaris perbahasan yang satu sama lain berkaitan erat,yang akan mengakibatkan perorangan yang ditanya menopang kondisi yang akan berdiri dan diteguhkan oleh pengujinya.
3. Debat Majelis
Jenis debat majelis ini ialah untuk menyampaikan dan mengimbuhi suport bagi suatu undang-undang spesifik dan semua peserta yang ingin menunjukkan ideologi dan gagasan berbicara menyokong atau menyangkal ide tersebut sesudah memperoleh persetujuan dari majelis.
Unsur-Unsur Debat
Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur dari debat, yakni sebagai berikut:
- Mosi, ialah pokok yang dipembahasan
- Tim positif, ialah tim yang sepakat terkandung hal yang dipembahasankan
- Tim Negatif, ialah tim yang tidak sepakat atau menyangkal pembahasan
- Tim Netral, ialah tim yang membagikan dua segi baik suport atas pembahasan
- Penengah, ialah orang yang membimbing dan mendukung jalannya pembahasan
- Penulis, ialah orang yang menulis keputusan suatu debat
Tata Cara Debat
Berikut ini terdapat beberapa tata cara debat, yakni sebagai berikut:
- Perbincangan inginnya dikemukakan secara kompeten, tidak mencela, tidak mengolok-olok serta angkat bicara yang mencederai pribadi tidak bisa diterima.
- Bahasan kritis, buatan, keahlian retorika maupun tidak gugup.
- Faedahkan akal sehat dalam mengorganisasikan dan memberikan dalih.
- Pahami kelalaian biasa dalam berasumsi misalnya kelalaian sistematis dan diperankan secara berkhasiat dalam memprotes dalih pihak lawan.
- Pastikan kelalaian semua bukti eksternal yang ditampilkan dalam dalih.
Struktur Teks Debat
Berikut ini terdapat beberapa struktur debat, yakni sebagai berikut:
1. Pengenalan
Pada struktur pengenalan, setiap kelompok harus menginformasikan diri.
2. Penyampaian Argumentasi
Pada struktur penyampaian argumentasi ini, kelompok tim menginformasikan alasan atas pokok yang dimulai dari kelompok positif, lalu kelompok negatif dan diselesaikan dengan kelompok netral.
3. Debat
Pada struktur debat, setiap kelompok harus menanggapi setiap alasan dari kelompok lain.
4. Kesimpulan
Pada struktur kesimpulan, setiap kelompok menyampaikan ekspresi akhir atas pemberitahuan pokok sesuai dengan susunannya.
Tujuan Debat
Berikut ini terdapat beberapa tujuan dari debat, yakni sebagai berikut:
- Mengasah kegagahan menyampaikan gagasan
- Mengasah menggagalkan gagasanlawan
- Mengembangkan keahlian menanggapi sesuatu persoalan
Kaidah Kebahasaan Debat
Debat yang dipelajari di sini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Debat kusir bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan. Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan. Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah, yaitu:
- Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan mapun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
- Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
- Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan sebagai model. Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, baha prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara debat karena antarpihak tidak saling memahami kata yang digunakan.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
- Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
- Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian Nasional
Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidak bakuan keduanya karena menggunakan frasa bermakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Pada kalimat kedua, ketikdakefisienan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget. Pembenahan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat kamu lihat pada bagian berikut.
- Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
- Banyak sekali siswa frustrasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.
Etika Debat
Perbincangan tentang etika debat berusia panjang dan melibatkan pemikir dari berbagai tradisi. Aristoteles di masa Yunani kuno memperkenalkan silogisme yang dapat dipakai sebagai kriteria untuk mengukur mana argumentasi yang sahih dan mana argumentasi yang sesat atau sofistri. Bantahan atas tesis, pendapat, atau argumen seseorang juga harus didasarkan atas penalaran silogisme yang sahih. Jika tidak, bantahan tersebut jatuh pada apa yang disebut sebagai sophistical refutation (bantahan yang salah) atau eristik. Dalam konteks ini, Aristoteles menyebut ilmu yang membahas tentang bagaimana menyajikan bantahan, melakukan debat, dan menguji kesahihan penalaran lawan sebagai “dialektik.”
Karya-karyanya terutama Topics dan Sophistical Refutations mendedahkan teori debat (dialektik) tersebut secara detil dan sistematis, yang pada gilirannya, bisa dipakai untuk menyibak kedok kaum Sofis yang dengan retorikanya mempengaruhi khalayak untuk kepentingan pribadi. Selain itu, inkonsistensi, ketidaktahuan, dan keyakinan yang salah dari lawan juga dapat ditunjukkan melalui ilmu dialektik ini. Dalam khazanah Islam, sejarah perbedaan pendapat juga mendapatkan perhatian yang serius dari para ulama’. Sebelum bersentuhan dengan karya-karya Aristoteles, mereka menulis karya-karya yang bergenre ʿilm al-khilāf (ilmu tentang perbedaan pendapat). Dalam ilmu khilaf, polemik yang terjadi di antara pakar hukum dan teologi dihimpun dan ditinjau ulang untuk menemukan pendapat yang lebih kuat (rajiḥ). Namun, persentuhan ilmuwan Muslim dengan karya-karya Aristoteles pada abad ke-8 menginspirasi munculnya ilmu baru. Namanya ilmu jadal, yang pada dasarnya mengkombinasikan ilmu dialetik Aristoteles dan ilmu khilaf.
Jadal secara materi berisikan wacana keagamaan yang ada dalam ilmu khilaf, namun, bangunan logis dan metode penalarannya terinspirasi oleh dialektik-nya Aristoteles. Jadal kadang dipakai oleh seseorang untuk tujuan memenangkan sebuah perdebatan semata, tanpa mengindahkan konsistensi dan kesahihan penalaran. Para ulama menamakannya jadal madzmum (jadal yang tercela). Jenis jadal ini dibedakan dengan jadal yang orientasinya adalah untuk menemukan kebenaran (al-haqq), atau minimal, keyakinan akan sebuah kebenaran (al-yaqin). Imam al-Haramayn al-Juwayni (w. 1085) menyebutnya sebagai jadal mahmud (jadal yang terpuji). Jadal inilah yang digunakan oleh ulama di bidang hukum dan teologi untuk menguji dan mengoreksi klaim atau penalaran lawan agar menemukan kebenaran dengan tingkat yang meyakinkan.
Salah satu contoh yang relevan dengan konteks Indonesia belakangan ini adalah perdebatan seputar kata “awliya’” di al-Qur’an Surah al-Maidah 51. Satu pihak menerjemahkan kata tersebut sebagai “pemimpin” sementara pihak lain mengartikannya sebagai “sekutu atau teman setia.” Apakah kedua arti tersebut benar semua, salah semua, atau hanya salah satunya saja yang benar dan yang lain salah? Jadal dalam hal ini membantu seorang Muslim untuk berpikir secara kritis, lurus, dan jernih. Jika seseorang mengklaim bahwa kata awliya’ hanya mempunyai satu makna yang benar dengan tingkat kepastian yang konklusif (qathʿi), klaim ini sudah barang tentu salah. Sebab, pada kenyataannya, kata tersebut tidak bermakna tunggal. Dalam ilmu uṣūl al-fiqh teori hukum Islam), kata tersebut masuk kategri dhahir (bermakna lebih dari satu), bukan naṣṣ (hanya mempunyai satu makna). Terma awliya’ bisa bermakna sekutu, teman setia, majikan, atau pelindung tergantung pada konteks penggunaannya.
Dalam khazanah ilmu jadal, kebenaran dari suatu kata yang mempunyai lebih dari satu makna tidak sampai pada level kepastian (qathʿi), melainkan hanya di tingkat kemungkinan (dzanni). Lalu, di antara dua kemungkinan makna tersebut (pemimpin dan sekutu), makna mana yang lebih tepat digunakan dalam konteks di Surah al-Maidah 51? Di sini, jadal menyediakan ruang bagi kedua pihak untuk berdebat dan menemukan bukti-bukti pendukung yang menyokong argumennya. Argumen yang didukung oleh bukti-bukti penguat, baik tekstual (al-Qur’an dan Hadits) maupun rasional (qiyas, silogisme yang sahih), akan dinilai lebih kuat. Kebenaran yang dihasilkan dari argumen ini kemudian dipandang telah mencapai level kayakinan (al-yaqin). Sebuah level kebenaran yang lebih kuat dari sekedar kemungkinan (dzann) namun tidak sampai pada tingkat kepastian (qathʿi). Sementara klaim yang tidak disokong oleh bukti pendukung dianggap lemah dan layak ditinggalkan sebab level kebenarannya dianggap rendah.
Teknik Debat
1. Teknik Trapping
Teknik trapping atau teknik jebakan merupakan suatu teknik debat yang digunakan untuk menggiring lawan menuju kepada suatu poin bahasan tertentu yang sudah dipersiapkan segala kelemahannya.
2. Teknik Switching
Teknik switching atau teknik tukar posisi merupakan suatu teknik debat yang digunakan untuk menjadikan argumen lawan sebagai argumen kita dan membuatnya menjawab sendiri kritik yang dilontarkannya, sehingga seolah-olah kita bertukar posisi dengan lawan. Dengan teknik ini membuat kita tidak perlu menjawab apapun.
3. Teknik Contradicting
Teknik contradicting atau teknik membuat kontradiksi merupakan suatu teknik debat yang digunakan dengan memunculkan kontradiksi-kontradiksi pada logika lawan. Untuk menggunakan teknik contradicting ini dibutuhkan suatu logika yang kuat.
4. Teknik Balancing
Teknik balancing atau teknik seimbang merupakan suatu teknik debat yang digunakan dengan cara menanggapi kritikan lawan dengan kritik yang seimbang. Teknik balancing ini biasanya digunakan pada saat kehabisan jawaban untuk membela diri, sehingga yang bisa dilakukan hanyalah menjadikan lawan berada pada posisi yang sama.
5. Teknik Judgement
Teknik judgement atau teknik menghakimi merupakan suatu teknik debat yang digunakan untuk membuat lawan debat pada posisi orang yang bersalah yang harus membela dirinya tanpa memberinya kesempatan kepada lawan untuk menyerang balik.
Metode Debat
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Manfaat Debat
- Mempertajam berfikir kritis
- Melatih pendengaran
- Melakukan penelitian untuk debat
- Pengolahan informasi / referensi terkait
- Mencoba pemikiran kreatif
- Melatih komunikasi agar lebih komunikatif
- Belajar persuasi
Contoh Teks Debat
Tema : KESEHATAN
MOSI : ADANYA JAMKESMAS (JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT) DAPAT MERUGIKAN RUMAH SAKIT
Afirmasi :
Saya sangat setuju bahwa adanya JAMKESMAS dapat merugikan Rumah Sakit karena adanya JAMKESMAS dapat mengakibatkan lonjakan pasien yang disebabkan oleh pengobatan gratis. maka seseorang yang merasa sakit sedikit saja langsung berobat ke Rumah Sakit. Hal itu tidak diantisipasi sehingga akan terjadi lonjakan pasien miskim yang berobat ke Rumah Sakit.
Dengan banyaknya pasien yang berobat,diperlukan peralatan kesehatan yang banyak pula. Hal itu menyebabkan peremajaan alat dan bantuan medis tidak maksimal. Rumah Sakit akan merasa kewalahan untuk mempersiapkan peralatan dan bantuan medis dengan jumlah yang banyak.
Selain itu, adanya JAMKESMAS dapat mengakibatkan terjadinya tunggakan pembayaran dari pemerintah kepada pihak Rumah Sakit. Hal itu disebabkan belum cairnya tunggakan JAMKESMAS dari Kementerian Kesehatan. Biaya yang seharusnya digunakan untuk masalah pembayaran jasa dokter, tenaga kesehatan dan pelayanan pasien di Rumah Sakit menjadi hutang pemerintah kepada pihak Rumah Sakit.
Oposisi :
Saya tidak setuju bahwa adanya JAMKESMAS dapat merugikan Rumah Sakit. Namun sebaliknya adanya JAMKESMAS dapat menguntungkan pihak Rumah Sakit. Rumah Sakit akan dibayar secara rutin oleh pemerintah sehingga pihak Rumah Sakit tidak dirugikan.
Surat rujuk JAMKESMAS itu dibuat dan ditandatangani oleh pihak Rumah Sakit. Mereka pun mungkin berpikir lebih menghemat dengan memalsukan surat rujuk. Jadi,dana klaim yang didapat itu semua masuk untuk pendapatan Rumah Sakit.
Banyaknya pasien sangat memguntungkan Rumah Sakit. Jika setiap bulan Rumah Sakit bisa mengklaim JAMKESMAS hingga ratusan juta,maka setiap tahun Rumah Sakit dapat meraup milyaran rupiah lewat program tersebut.
Netral :
Menurut saya,ada atau tidaknya JAMKESMAS tidak akan mengurangi jumlah masyarakat yang sakit. Bahkan orang yang hanya sakit sedikit saja dapat berpura-pura sakit parah dan berobat ke Rumah Sakit menggunakan program JAMKESMAS.
Ada atau tidaknyaJAMKESMAS juga tidak akan mengurangi penyakit yang ada dalam masyarakat. Sejumlah penyakit akan tetap berkembang,karena penyakit berasal dari pola hidup mereka sendiri bukan berasal dari ada atau tidaknya JAMKESMAS.
Dengan munculnya banyak penyakit baru,JAMKESMAS yang seharusnya membantu pelayan masyarakat dibidang kesehatan malah menjadi sarana bagi oknum yang tidakbertanggungjawab untuk meraup banyak keuntungan. Maka ada atau tidaknya JAMKESMAS menyebabkan angka kesehatan masyarakat semakin menurun. Sehingga angka kesehatan yang termasuk dalam indeks pembangunam nasional sulit untuk meningkat.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Debat Adalah: Pengertian, Ciri, Jenis, Unsur, Cara, Struktur, Tujuan, Kaidah, Etika, Teknik, Metode, Manfaat dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.