Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Bullying? Mungkin anda pernah mendengar kata Bullying? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, jenis, bentuk, ciri, penyebab, dampak, solusi, cara dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Bullying
Bullying adalah pemakaian kekejaman, intimidasi ataupun tekanan untuk menyelewengkan ataupun mengintimidasi orang lain. Hal tersebut melingkupi tercela secara lisan ataupun suatu tekanan, kekejaman fisik maupun tekanan dan dapat dihadapkan iteratif pada korban tertentu atas dasar ras, keahlian, agama, gender dan kuasa. Umumnya bullying terjadi bukan akibat marah maupun perseteruan yang tidak terkendali, namun lebih menunjuk pada rasa keunggulan maupun kelebihan untuk memperlihatkan bahwa aktor bully yang paling tegar dan punya kewenangan untuk menjatuhkan, mencemooh dan berbuat biadab kepada orang lain.
Pengertian Bullying Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah beberapa pengertian bullying menurut para ahli yaitu:
1. Menurut Rigby dalam Astuti (2008: 3)
Adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.
2. Menurut Riauskina, dkk (2005: 1-13)
Mendefinisikan bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh sekelompok individu yang memiliki kekuasaan, terhadap individu lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
3. Menurut Tattum dan Tattum dalam Rigby (2002: 27)
Adalah perilaku yang disengaja, sadar keinginan untuk menyakiti orang lain dan menempatkannya di bawah tekanan.
4. Menurut Priyatna
Bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan tidak pernah dilakukan secara acak atau sekali saja.
5. Menurut Levianti
Bullying merupakan suatu tindakan menyakiti orang lain yang lebih lemah secara verbal, fisik, ataupun perasaannya.
Jenis-Jenis Bullying
Berikut ini terdapat 4 jenis-jenis bullying, yakni sebagai berikut:
-
Bullying Secara Verbal
Jenis aktivitas yang dilakukan pada bullying ini ialah berbentuk identitas nama, hinaan, cemooh, ejekan, kecaman, fitnah serta pemberitahuan yang berwarna ajakan sensual ataupun hinaan sensual, intimidasi, mengirim surat ancaman dan lain-lainnya. Bullying dalam tatanan verbal ialah salah satu jenis bullying yang sangat ringan melakukan bullying ini akan merupakan awal dari kepribadian bullying lainnya.
-
Bullying Secara Fisik
Jenis bullying ini berbentuk memukul-mukul, menerjang, menabok, menjerat, mengerat, menggaruk, meludahi serta mengacaukan barang kepunyaan anak yang menyiksa. Bullying jenis ini ialah jenis bullying yang sangat tampak dan ringan dikenalkan, namun masalah bullying secara fisik tidak sebanyak bullying bentuk lain. Pemuda yang sering melakukan bullying dalam bentuk fisik ialah pemuda yang sering mempunyai masalah dan mengarah akan berganti pada aktivitas kejahatan yang lebih lanjut.
-
Bullying Secara Relasional
Jenis bullying ini ialah jenis bullying berbentuk merendahkan harga diri korban secara logis dengan pengasingan, isolasi serta penyendirian. Kepribadian ini bisa meliputi tindakan yang menyelinap misalnya pemikiran kasar, tatapan mata, terik nafas, ejekan, tertawa mengejek dan bahasa tubuh yang mencelah.
-
Bullying Elektronik
Bullying jenis ini ialah bentuk perilaku bullying yang dilakukan aktor melewati media elektronik misalnya sosmed. Bullying ini umumnya diarahkan untuk mengancam korban dengan coretan, gambar serta video yang berupa menakuti-nakuti, melukai dan memojokkan. Bullying jenis ini umumnya dilakukan oleh sekelompok pemuda yang sudah memiliki wawasan yang komplet baik pada media teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
Bentuk Bullying
Berikut ini terdapat 2 bentuk mengenai tentang bullying, yakni sebagai berikut:
1. Bentuk Penindasan Secara Fisik
Bentuk penindasan secara fisik ialah akan mengakibatkan luka fisik, cacat, cedera serta siksaan fisik lainnya. Contohnya ialah memukul-mukul, menerjang, menabok, menjerat dan lain sebagainya.
2. Bentuk Penindasan Secara Psikologis
Bentuk penindasan ini mengakibatkan tekanan jiwa , kegelishan, tekanan mental, kepanikan, tensi dan juga keresahan bagi penerima bullying.
Ciri-Ciri Bullying
- Secara fisik, pakaian dan barang rusak, kehilangan uang, keluhan fisik, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan lain-lain.
- Secara sosial terlibat dalam perkelahian dimana mereka terlihat tidak dapat mempertahankan diri, sering diganggu, terisolasi (terlihat menyendiri) pada saat jam istirahat sekolah, berusaha dekat dengan orang dewasa, kontak dengan teman sangat rendah.
- Secara emosi terlihat cemas, lemah, tidak bahagia, dan sedih tapi tidak mampu mengatakan penyebabnya, terjadi perubahan mood dan perilaku, kemarahan yang meledak-ledak, harga diri rendah, ketakutan untuk pergi ke sekolah, dan lain-lain.
- Secara akademik, tiba-tiba kesulitan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan di kelas, penurunan prestasi, dan penurunan konsentrasi, tidak mau berpartisipasi dalam aktifitas kelas dan sering meninggalkan kelas (mangkir).
Penyebab Terjadinya Bullying
Berikut ini terdapat beberapa penyebab terjadinya bullying, yakni sebagai berikut:
- Terdapat ingin menikmati menjadi bertakhta
- Dampak kurang perhatian ataupun kurang kasih sayang terhadap orang tua
- Aktor sempat menjadi sebagai korban bullying
- Dampak selalu berantem
- Dampak mencontoh aktivitas kekejaman dari sebuah film lokal maupun luar
Dampak Terjadinya Bullying
Berikut ini terdapat 2 dampak terjadinya bullying, yakni sebagai berikut:
1. Dampak Negatif
Dari segi negatifnya, dampak bullying ini memilik beberapa dampak, antara lain:
- Kelihatan berbagai problem kejiwaan misalnya tekanan mental, kecemasan dan kepanikan
- Problem tersebut tampkanya akan terbawa sampai korban dewasa
- Rintihan kesehatan fisik, misalnya sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot
- Rasa tidak terlindung saat waktu di lingkungan sekolah
- penyusutan semangat belajar dan performa akademis
- Dalam kejadian sedikit yang cukup langka, korban bullying dapat untuk memperlihatkan karakter kekerasan.
2. Dampak Positif
Dari segi positifnya, dampak bullying ini memilik beberapa dampak, antara lain:
- Makin energik dan tabah saat mengalami masalah
- Terpengaruh akan memperlihatkan potensinya agar tidak dihina lagi
- Terpengaruh akan mengoreksi diri sendiri
Solusi Bullying
Berikut ini adalah solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menangani kasus Bullying ini, antara lain:
-
Satukan Persepsi dengan Istri/Suami
Sangat penting bagi suami-istri untuk satu suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah. Karena kalau tidak, anak akan bingung, dan justru akan semakin tertekan. Kesamaan persepsi yang dimaksud meliputi beberapa aspek, misalnya: apakah orang tua perlu ikut campur, apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu menemui orang tua pelaku intimidasi, termasuk apakah perlu lapor ke polisi.
-
Pelajari dan Kenali Karakter Anak Kita
Perlu kita sadari, bahwa satu satu penyebab terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang punya karakter yang mudah dijadikan korban. Saya sudah sampaikan tadi, salah satunya adalah sikap “cepat merasa bersalah”, atau penakut, yang dimiliki anak saya. Dengan mengenali karakter anak kita, kita akan bisa mengantisipasi berbagai potensi intimidasi yang menimpa anak kita, atau setidaknya lebih cepat menemukan solusi (karena kita menjadi lebih siap secara mental). Sekedar ilustrasi, anak saya yang kedua, sampai saat ini (sudah SMA) belum pernah menjadi korban intimidasi seperti yang dialami oleh kakaknya dulu.
-
Jalin Komunikasi dengan Anak
Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman (meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita kepada kita sebagai orang tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai hal, termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau belum. Untuk saya sendiri, anak-anak lebih banyak/sering bercerita ke ibunya, meskipun kalau sudah sampai pada tahap pemecahan masalah, saya yang lebih banyak berperan.
-
Jangan Terlalu Cepat Ikut Campur
Idealnya, masalah antar anak-anak bisa diselesaikan sendiri oleh mereka, termasuk di dalamnya kasus-kasus bullying. Oleh karena itu, prioritas pertama memupuk keberanian dan rasa percaya diri pada anak-anak kita (yang menjadi korban intimidasi). Kalau anak kita punya kekurangan tertentu, terutama kekurangan fisik, perlu kita tanamkan sebuah kepercayaan bahwa itu merupakan pemberian Tuhan dan bukan sesuatu yang memalukan. Kedua, jangan terlalu “termakan” oleh ledekan teman, karena hukum di dunia ledek-meledek adalah “semakin kita terpengaruh ledekan teman, semakin senang teman yang meledek itu”.
-
Masuklah di Saat yang Tepat
Jangan lupa, bahwa seringkali anak kita sendiri (yang menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau kita (orang tuanya) turut campur. Situasinya menjadi paradoksal: Anak kita menderita karena diintimidasi, tapi dia takut akan lebih menderita lagi kalau orang tuanya turut campur. Karena para pelaku bullying akan mendapat ‘bahan’ tambahan, yaitu mencap korbannya sebagai “anak mami”, cemen, dsb. Oleh karena itu, kita mesti benar-benar mempertimbangkan saat yang tepat ketika memutuskan untuk ikut campur menyelesaikan masalah. Ada beberapa indikator: (1) Kasus tertentu tak kunjung terselesaikan, (2) Kasus yang sama terjadi berulang-ulang, (3) Kalau kasusnya adalah pemerasan, melibatkan uang dalam jumlah cukup besar, (4) Ada indikasi bahwa prestasi belajar anak mulai terganggu.
-
Bicaralah dengan Orang yang Tepat
Jika sudah memutuskan untuk ikut campur dalam menyelesaikan masalah, pertimbangkan masak-masak apakah akan langsung berbicara dengan pelaku intimidasi, orang tuanya, atau gurunya. Seperti yang saya ceritakan di atas, kalau saya lebih suka untuk berbicara langsung dengan anak saya, pelaku intimidasi, dan sekaligus guru/wali kelasnya dalam satu kesempatan di sekolah. Saya cenderung untuk menghindari berbicara dengan orang tua pelaku intimidasi, karena khawatir masalahnya jadi melebar kemana mana dan situasi menjadi sangat emosional.
-
Kalau Perlu, Intimidasilah Pelaku Intimidasi
Menjadi pertanyaan memang, koq melawan intimidasi dengan intimidasi? Idealnya memang jangan melakukan itu, tapi kalau memang diperlukan, saya tak segan melakukannya. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah: (1) Untuk anak saya, saya ingin dia tahu bahwa saya ada di sisinya, sehingga dia tidak merasa sendirian, (2) Untuk pelaku intimidasi, saya ingin dia tahu bahwa kalau dia melakukannya terus, dia akan berhadapan dengan saya, (3) Untuk guru/sekolah, saya ingin mereka tahu bahwa kalau sekolah/guru tidak bisa menyelesaikan masalah itu, maka saya akan ikut campur menyelesaikannya, dengan cara saya sendiri. Tentu saja pendekatan yang agak-agak bergaya ‘preman’ ini sebaiknya menjadi pilihan terakhir (sebelum lapor ke polisi, mungkin).
-
Jangan Ajari Anak Lari dari Masalah
Dalam beberapa kasus yang diceritakan teman-teman saya, anak-anak kadang merespon intimidasi yang dialaminya di sekolah dengan minta pindah sekolah. Kalau dituruti, itu sama saja dengan lari dari masalah. Jadi, sebisa mungkin jangan dituruti. Kalau ada masalah di sekolah, masalah itu yang mesti diselesaikan, bukan dengan ‘lari’ ke sekolah lain. Jangan lupa, bahwa kasus-kasus bullying itu terjadi hampir di semua sekolah.
-
Buah Simalakama? Makanlah Salah Satunya
Kadang-kadang kita dihadapkan pada dua situasi yang sama-sama buruk. Seperti kasus yang saya sampaikan tadi: (1) Anak kita menjadi korban, atau (2) Anak kita tidak mau menjadi korban dan melawannya dengan kekerasan. Saya tidak tahu bagaimana “teori”-nya, tapi ketika dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama buruk itu, saya memilih yang kedua, yaitu membiarkan anak saya melawan, meskipun dengan cara kekerasan.
-
Jangan Larut dalam Emosi
Ada yang bilang, “orang emosi selalu kalah”. Jadi, usahakan semaksimal mungkin untuk tidak larut dalam emosi, baik dalam bentuk “menangisi anak kita” (yang menjadi korban) maupun melabrak teman anak kita atau orang tuanya. Semua langkah yang kita ambil harus terkendali oleh akal sehat. Karena kalau tidak, masalah bisa melebar ke mana-mana. Dan kalau masalahnya sudah selesai, atau dianggap selesai, jangan diungkit-ungkit terus. Jadikan pelajaran, dan lupakan saja… Masih banyak persoalan lain yang menunggu.
Cara Mencegah Bullying
Tips dan cara menghindari bullying yaitu:
1. Berani melawan
2. Cari tempat untuk sharing
3. Laporkan kepada yang memiliki kewenangan
4. Laporkan kepada orang tua
5. Percaya diri
Contoh Perilaku Bullying
Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku bullying antara lain:
- Kekerasan fisik (mendorong, menendang, memukul, menampar)
- Secara lisan (misalnya panggilan bersifat mengejek atau celaan)
- Secara mental (mengancam, intimidasi, pemalakan)
- Secara sosial, misalnya mengucilkan
Ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku bulying dan korban bisa bersifat nyata, misalnya ukuran badan atau berupa perasaan.lebih superior. Ketidakseimbangan kekuatan inilah yang membuat korban merasa tidak berdaya dan biasanya takut mengadukan. Dalam jangka panjang, korban bullying dapat menderita karena perasaan tidak aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, dan depresi. Bullying juga dapat membuat korbannya merasa sebagai kesalahan korban sendiri, padahal samasekali bukan. Gejala siswa yang menjadi korban bullying antara lain: Mengalami luka (berdarah, memar, goresan). Tidak mau pergi ke sekolah, prestasi akademiknya menurun, merasa malu dan menarik diri dari pergaulan. Tidak mau berpartisipasi lagi dalam kegiatan yang biasanya disukainya. Gelisah, muram atau bahkan melakukan bunuh diri.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Bullying Adalah: Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Jenis, Bentuk, Ciri, Penyebab, Dampak, Solusi, Cara dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.