Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Akulturasi? Mungkin anda pernah mendengar kata Akulturasi? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, jenis, dampak, faktor, proses, wujud, manfaat, solusi dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Akulturasi
Akulturasi ialah suatu proses sosial yang tampak pada saat suatu golongan manusia dengan kulturnya yang spesifik ditujukan dengan faktor dari suatu kultur asing.
Pengertian Akulturasi Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah pengertian akulturasi menurut para ahli yaitu:
1. Menurut Harsoyo
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
2. Menurut Koentjaraningrat
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
3. Menurut Lauer
Akulturasi dapat digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan disini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, namun berarti kedua kebudayaan yang saling berinteraksi menjadi semakin serupa dibanding sebelum terjadinya kontak antar keduanya.
4. Sumandiyo Hadi (2006:35)
Akulturasi dan inkulturasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima atau shoter. Sumandiyo Hadi juga mengatakan bahwa akulturasi adalah the encounter between two cultures (pertemuan antara dua kebudayaan).
5. Menurut Bee dalam Hadi (2006; 35)
Akulturasi yakni (Pertama, akulturasi menunjuk kepada suatu jenis perubahan budaya yang terjadi apabila dua sistem budaya bertemu. Kedua, akulturasi menunjuk kepada suatu proses perubahan yang dibedakan dari proses difusi, inovasi, invensi maupun penemuan. Ketiga, akulturasi dipahami sebagai suatu konsep yang dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjuk suatu kondisi, misalnya kondisi kelompok budaya yang satu lebih terakulturasi dari budaya lain).
6. Kroeber (1948:425)
Menyatakan bahwa akulturasi terdiri dari berbagai perubahan-perubahan dalam kebudayaan, dimana perubahan terjadi akibat bertemunya dua kebudayaan yang menyebabkan meningkatnya persamaan antara dua budaya.
Jenis-Jenis Akulturasi
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis dari akulturasi, yakni sebagai berikut:
-
Substitusi
Substitusi adalah pengubahan faktor yang lama diubah dengan faktor yang baru dengan membagikan nilai lebih bagi pemakainya.
-
Sinkretisme
Faktor budaya yang lama berbarengan dengan faktor budaya baru menciptakan suatu sistem baru. gabungan tersebut berlangsung dalam sistem keagamaan.
-
Penambahan
Penambahan ialah faktor budaya lama yang dilebihkan dengan unsur faktor baru sehingga membagikan suatu nilai lebih.
-
Penggantian
Faktor budaya yang lama dihapuskan dan diubah dengan faktor budaya baru.
-
Originasi
Masuknya suatu faktor budaya baru yang tidak populer mengakibatkan pergantian besar dalam kehidupan masyarakat.
-
Penolakan
Dampak berlangsungnya proses pergantian sosial budaya yang sangat cepat, membawa efek negatif yang berlangsungnya penilaian dari sebagian anggota masyarakat yang tidak sediah dan tidak mufakat tentang terdapatnya proses penggabungan tersebut.
Dampak Terjadinya Akulturasi
Berikut ini terdapat beberapa dampak terjadinya akulturasi, yakni sebagai berikut:
- Terjadinya pergantian cara pandangan tentang kehidupan bermasyarakat dari yang sebelumnya sudah lama ke kondisi yang baru, misalnya silaturahmi pada orang tua dan juga saudara harus dengan cara bertatap muka, kini dapat dijalankan melewati telepon, pesan singkat dan video call.
- Terjadinya pergantian pergaulan dan makin bebasnya kondisi yang diibaratkan tabu, misalnya interaksi antar remaja yang semakin bebas.
- Bebasnya pandangan masyarakat ke arah pengetahuan yang luas, misalnya penciptaan baru yang telah di ketahui dan teknologi yang maju.
- Pergantian karakter, rasa malu dan kemahiran masyarakat.
Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi
Berikut ini terdapat 2 faktor yang mempengaruhi akulturasi, yakni sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Pada faktor internal, terdapat beberapa bagian, antara lain:
- Bertambahnya dan menyusutnya masyarakat
- Terdapatnya penciptaan baru
- Penciptaan gagasan ataupun media baru yang sebelumnya belum pernah ada
- Penciptaan atau pengesahan baru
- Pertikaian yang berlangsung dalam masyarakat
- Makar maupun revolusi
2. Faktor Ekternal
Pada faktor eksternal, terdapat beberapa bagian, antara lain:
- Pergantian alam
- pertempuran
- Dampak kultur asing melewati difusi, akulturasi dan asimilasi
Proses Akulturasi
-
Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima
- Unsur-unsur kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah tangga dan alat-alat pertanian yang praktis dipakai.
- Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan truk pengangkut.
- Unsur-unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya, penerangan listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler mengganti kan telepon rumah.
-
Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima
- Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara asing.
- Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum teh.
- Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima, contohnya traktor pem bajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada lahan pertanian tertentu.
-
Unsur Budaya yang Sukar Diganti
- Unsur yang memiliki fungsi luas dalam masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan yang masih berfungsi luas dalam masyarakat Batak.
- Unsur-unsur yang ditanamkan pada individu sejak kecil dalam proses pembudayaan ataupun pemasyarakatan. Misalnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang memakan nasi akan sulit diganti dengan roti sebagai makanan pokok.
Wujud Akulturasi
Dalam masyarakat Indonesia proses akulturasi dapat dilihat dari berbagai bentuk, untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
Upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu bali, merupakam perpaduan dari kepercayaan upacara Hindu-Budha. Upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. Hal ini bisa terjadi karena sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda denagan agama Hindu-Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia yaitu upacara Nyepi.
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Wujud akulturasi dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan pendeta), kasta Ksatria (golongan prajurit dan bangsawaan), kasta Waisya (golongan pedagang), dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidaak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India, karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
Wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu-Budha pada abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
Manfaat Akulturasi
Proses akulturasi pada masyarakat juga memberikan pengaruh yang bersifat positif, diantaranya sebagai berikut :
- Terjadi perubahan kebudayaan kearah yang lebih maju, dimana budaya masyarakat dapat mengikuti perkembangan teknologi.
- Pembauran kebudayaan, terciptanya kebudayaan baru yang lebih maju.
- Modernisasi, dan
- Memperkaya keberagaman budaya.
Solusi Pemecahan Masalah Akibat Akulturasi
Untuk menanggapi masalah-masalah yang timbul karena dadanya proses akulturasi yang kurang sempurna, maka dibutuhkan beberapa solusi agar kedepanbnya proses akulturasi dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat. Solusi- solusi tersebut yaitu :
- Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
- Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya.
- Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
- Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
- Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
Contoh Akulturasi
Berikut ini adalah contoh dari akulturasi yaitu:
1. Tradisi Nejot di Pegayaman
Seperti halnya umat Hindu, muslim di Pegayaman memang punya tradisi berbagi dengan tetangga atau keluarga saat hari raya. Ini disebut juga dengan Tradisi Ngejot, dilakukan saat Ramadhan selain juga pada hari raya lainnya. Dalam tradisi Hindu Bali, Ngejot dilakukan saat mereka melaksanakan upacara atau hari raya terutama saat Galungan dan Kuningan. Ngejot saat Ramadhan adalah salah satu bentuk akulturasi antara tradisi Bali dan Islam di Desa Pegayaman. Makanan yang diberikan saat Ngejot tak jauh beda dengan umat Hindu Bali. Antara lain jaja uli, buah, rengginang, dodol, dan semacamnya. Ngejot, sebenarnya, tak selalu tradisi umat Islam di Pegayaman. Sebagian muslim di daerah lain di Bali, seperti Denpasar pun melakukan hal sama. Biasanya Ngejot di daerah yang lebih plural ini malah diberikan pada umat lain termasuk Hindu. Namun, Desa Pegayaman tak hanya memiliki tradisi Ngejot. Masih banyak tradisi lain yang menunjukkan akulturasi antara Bali dan Islam. Di desa ini keduanya saling mengisi tanpa harus menimbulkan ketegangan.
2. Pemberian Nama
Di Desa Pegayaman pun juga, Sebagai orang Bali, warga Desa Pegayaman pun menggunakan nama depan Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut. Namun nama belakang mereka biasanya Bahasa Arab. Misalnya Ketut Asghor Ali, Nengah Maghfiroh, Nengah Azmi, dan seterusnya.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Akulturasi Adalah: Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Jenis, Dampak, Faktor, Proses, Wujud, Manfaat, Solusi dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.
Link Partner :